Almanac Nautica 2020 US Naval Observatory

Almanac Nautica

My-Dock - Almanac Nautica merupakan sebuah buku berisi data numbering pergerakan benda langit di permukaan bumi pada setiap menit dan jam selama satu tahun. Kegunaan utama Almanac Nautica adalah untuk memudahkan seorang navigator kapal laut menentukan posisi kapalnya ditengah lautan.

Data dalam buku Almanac Nautica akan berbeda disetiap tahunya. Dalam Almanac Nautica memuat daftar posisi Matahari dan Bulan pada setiap jam berdasarkan waktu Greenwich Mean Time (GMT). Melalui data tersebut dapat diketahui nilai deklinasi dan juga sudut waktu untuk kedua benda langit tersebut.

Baca Juga : Lebaran 2019 Dalam Perhitungan Metode Almanac Nautica

Tidak hanya data Matahari dan bulan saja Almanac Nautica juga memuat data GHA dan Declinasi planet Vunus, Mars, Jupiter, saturnus, GHA dan Declinasi rasi bintang dan masih banyak lagi.

Selain digunakan oleh seorang navigator kapal untuk menentukan posisi kapalnya, Almanac Nautica juga digunakan oleh Badan Hisab Rukyat Departemen Agama dan juga mahasiswa yang sedang belajar tentang ilmu falak. Mereka menggunakan Almanac Nautica untuk mencari semi diameter (sd) bulan, declinasi bulan dan matahari, equation of time, horizontal paralax dan juga GHA bulan dan matahari dalam menentukan posisi bulan baru.
Sampai saat ini hanya beberapa negara yang mampu membuat dan mencetak buku Almanac Nautica. Di Britania Raya, almanac nautica dibuat dan diterbitkan oleh HM Nautical almanac Office. Di amerika serikat Almanac Nautica dibuat dan diterbitkan oleh US Naval Observatory. Di Indonesia Almanac Nautica diterbitkan oleh Dinas Hidro Oseanografi bekerjasama dengan Her Majesty’s Nautical Almanac Office, Royal Naval Observatory dan United State Naval Observatory (USNO).

Apabila ada yang menginginkan Almanac Nautica tahun 2020 dan kesulitan mendapatkannya bisa menghubungi saya melalui Whatsapp ke 085233565566 (untuk mempermudah klik pada nomor tersebut).

Penentuan Lebaran 2019 Metode Ephemeris

Penentuan Lebaran 2019 Metode Ephemeris

My Dock - Dalam rangka menentukan awal bulan ada tiga metode yang digunakan di Indonesia. Metode yang pertama adalah Ru'yatul Hilal (Melihat bulan baru secara langsung), kedua adalah metode Hisab Ru'yah (menentukan awal bulan dengan metode perhitungan) dan ketiga adalah menggunakan kedua metode tersebut. 

Perhitungan untuk menentukan awal bulan sendiri ada banyak sekali macamnya, metode Nautica Almanac, Ephemeris, Nurul Anwar dan masih banyak sekali metode perhitungan untuk menentukan awal bulan. Setelah kemarin saya sudah mencoba menghitung 1 Syawal 1440H / Lebaran 2019 dengan metode Almanac Nautica, pada kesempatan kali ini saya akan mencoba menghitung awal 1 Syawal 1440 / Lebaran 2019 dengan metode Ephemeris.

Baca Juga : Lebaran 2019 dalam Perhitungan Metode Almanac Nautica

Rumus metode Ephemeris ini sebenarnya tidak jauh berbeda dengan metode Almanac Nautica, yang membedakan adalah sumber data yang digunakan. Metode Ephemeris sumber datanya mengambil dari program yang disebut dengan Winhisab. Pada program Winhisab ini kita bisa mengambil data setiap tahunnya tanpa harus membeli. Untuk rumus yang digunakan diantaranya,

Rumus Menentuka Ijtima'
I = Jam FIB + (ELM - ALB) / (SB - SM) + Time Zone

Rumus Mencari Sudut Waktu dan Saat Tenggelam Matahari
Dip = 1.76 √ Ketinggian Tempat / 60
H.m = -SD - Refr - Dip
T.m = Cos-1 (-tan P x tan D + sin H.m / Cos P / Cos D)
Gh.= 12 - E + (105 + T.m - L)/15

Rumus Asensiorekta Matahari (ARM), Bulan (ARB), Declinasi Bulan (DB), Sudut Waktu Bulan (SB) serta Tinggi Bulan Hakiki
ARM, ARB dan DB = A - (A - B) x C
T.b = ARM - ARB + T.m
H.= Sin-1 (Sin P x Sin D + Cos P x Cos D x Cos T.b)

Rumus Mencari Tinggi Mar'i, Mukuts dan Saat Hilal Tenggelam.
Paralax = H.b x Hp (Pukul 11.00)
Refraksi = (0.0167 / tan( H.b + 7.31 / (H.b2+4.4)))
Mukuts = H.b / 15
Hilal Tenggelam = Gh.m + Mukust

Rumus Mencari Azimut Matahari (AM) dan Azimut Bulan (AB)
AM = Tan-1 (-Sin P / Tan T.m + Cos P x Tan D / Sin T.m)
AB = Tan-1 (-Sin P / Tan T.b + Cos P x Tan D.b / Sin T.b)

Rumus Menghitung Jarak Matahari dengan Bulan dan Arah Ru'yatul Hilal
JMB = AB - AM
ARB = 270 + AB

Perhitungan
Lokasi : Tanjung Kodok
Lintang Tempat (P) : -06° 51’ 50’’
Bujur Tempat (L) : 112° 21’ 28’’
Selisih Waktu : 7
Ketinggian Tempat : 10 m
Ijtima' Bulan : Syawal 1440 H
Tanggal : 3 Juni 2019

Rumus Menentuka Ijtima'
FIB Terkecil : 0.00069
Jam FIB : 10 GMT
ELM
72° 34’ 13’’     Pukul 10 GMT
72° 36’ 37’’  -  Pukul 11 GMT
  0° 2’ 24’’  (SM)

ALB
72° 31’ 41’’     Pukul 10 GMT
73°   5’ 55’’  -  Pukul 11 GMT
  0° 34’ 14’’  (SB)

I = Jam FIB + (ELM - ALB) / (SB - SM) + Time Zone
I = 10 + (72° 34’ 13’’ - 72° 31’ 41’’) / (0° 34’ 14’’ - 0° 2’ 24’’ ) + 7
I = 17° 4’ 46’’ Pukul : 17:4:46 Wib

Ijtima' pada tanggal 3 Juni 2019 pukul 17:4:46 Wib

Rumus Mencari Sudut Waktu dan Saat Tenggelam Matahari
Declinasi (D) Pukul 11 GMT : 22° 18’ 14’’
Equation of Time (E) Pukul 11 GMT : 0° 1’ 53’’
Semi Diameter (S.D) Pukul 11 : 0° 15’ 46,6’’
Refracsi : 0° 34’ 30’’

Dip = 1.76 √ Ketinggian Tempat / 60
Dip = 1.76 √ 10 / 60
Dip = 0° 5’ 33,94’’

H.= -SD - Refr - Dip
H.= -0° 15’ 46,6’’ - 0° 34’ 30’’ - 0° 5’ 33,94’’
H.= -0° 55’ 50,54’’

T.m = Cos-1 (-tan P x tan D + sin H./ Cos P / Cos D)
T.m = Cos-1 (-tan -06° 51’ 50’’ x tan 22° 18’ 14’’ + sin -0° 55’ 50,54’’ / Cos -06° 51’ 50’’ / Cos 22° 18’ 14’’)
T.m = 88° 11’ 1,33’’

Gh.= 12 - E + (105 + T.m - L)/15
Gh.= 12 - 0° 1’ 53’’ + (105 + 88° 11’ 1,33’’ - 112° 21’ 28’’)/15
Gh.= 17° 21’ 25,22’’

"Tenggelam Matahari pada tanggal 3 Juni 2019 adalah pukul 17:21:25 Wib"

Rumus Asensiorekta Matahari (ARM), Bulan (ARB), Declinasi Bulan (DB), Sudut Waktu Bulan (SB) serta Tinggi Bulan Hakiki
ARM, ARB dan DB = A - (A - B) x C

ARM
71°   5’ 57’’        (A) Pukul 10 GMT
71°   8’ 31’’        (B) Pukul 11 GMT
  0° 21’ 25,22’’   (C) Menit dan Detik Gh.m
71°   6’ 51,98’’   Hasil

ARB
71° 28’ 35’’        (A) Pukul 10 GMT
72°   4’ 12’’        (B) Pukul 11 GMT
  0° 21’ 25,22’’   (C) Menit dan Detik Gh.m
71° 41’ 17,92’’   Hasil

DB
19° 18’ 36’’        (A) Pukul 10 GMT
19° 25’ 23’’        (B) Pukul 11 GMT
  0° 21’ 25,22’’   (C) Menit dan Detik Gh.m
19° 21’ 13’’        Hasil

T.= ARM - ARB + T.m
T.= 71°   6’ 51,98’’ - 71° 41’ 17,92’’ + 88° 11’ 1,33’’
T.87° 36’ 35,39’’

H.= Sin-1 (Sin P x Sin DB + Cos P x Cos DB x Cos T.b)
H.= Sin-1 (Sin -06° 51’ 50’’ x Sin 19° 21’ 13’’ + Cos -06° 51’ 50’’ x Cos 19° 21’ 13’’ x Cos 87° 36’ 35,39’’)
H.= -0° 1’ 51,4’’

Rumus Mencari Tinggi Mar'i, Mukuts dan Saat Hilal Tenggelam.
Paralax = Cos H.x Hp (Pukul 11.00)
Paralax = Cos -0° 1’ 51,4’’ x 0° 58’ 7’’
Paralax = 0° 58’ 7’’

Refraksi = (0.0167 / tan( H.b + 7.31 / (H.b2+4.4)))
Refraksi = (0.0167 / tan(-0° 44’ 8,29’’ + 7.31 / (-0° 44’ 8,29’’+4.4)))
Refraksi = 0° 45’ 35,1’’

-0° 1’ 51,4’’ }-------{(H.b)
 0° 58’ 7’’  - }-------{(Paralax)
-0° 59’ 58,4’’
 0° 15’ 50,11’’ - }--{(SDB)
-1° 15’ 48,51’’
 0° 45’ 35,1’’ + }---{(Refraksi)
-0° 30’ 13,41’’
 0° 5’ 33,94’’ + }---{(Dip)
-0° 24’ 39,47’’ }-------{(H.b') Tinggi Hilal Mar'i

Mukuts = H.b' / 15
Mukuts = -0° 24’ 39,47’’ / 15
Mukuts = -0° 1’ 38,63’’

Hilal Tenggelam = Gh.+ Mukust
Hilal Tenggelam = 17° 21’ 25,22’’ + -0° 1’ 38,63’’
Hilal Tenggelam = 17° 19’ 46,59’’

Rumus Mencari Azimut Matahari (AM) dan Azimut Bulan (AB)
AM = Tan-1 (-Sin P / Tan T.m + Cos P x Tan D / Sin T.m)
AM = Tan-1 (-Sin -06° 51’ 50’’ / Tan 88° 11’ 1,33’’ + Cos -06° 51’ 50’’ x Tan 22° 18’ 14’’ / Sin 88° 11’ 1,33’’)
AM = 22° 21’ 20,11’’

AB = Tan-1 (-Sin P / Tan T.b + Cos P x Tan D.b / Sin T.b)
AB = Tan-1 (-Sin -06° 51’ 50’’ / Tan 87° 36’ 35,39’’ + Cos -06° 51’ 50’’ x Tan 19° 21’ 13’’ / Sin 87° 36’ 35,39’’)
AB = 19° 29’ 42,02’’

Rumus Menghitung Jarak Matahari dengan Bulan dan Arah Ru'yatul Hilal
JMB = AB - AM
JMB = 19° 29’ 48,62’’ - 22° 21’ 20,11’’
JMB = -02° 51’ 38,09’’

ARB = 270 + AB
ARB = 270 + 19° 29’ 42,02’’
ARB = 289° 29’ 42,2’’

Kesimpulan :
Bulan baru (Ijtima') 1 Syawal 1440 H / Lebaran 2019 terjadi pada tangal 3 Juni 2019 pada pukul 17:04:46 Wib. Tenggelam Matahari terjadi pada pukul 17:21:25 Wib ketinggian hilal hakiki -0° 1’ 51,4’’  dan ketinggian hilal Mar'i -0° 24’ 39,47’’. Keadaan Hilal (bulan baru) dibawah ufuk. "Awal bulan Syawal 1440 H jatuh pada tanggal 5 Juni 2019".

Lebaran 2019 dalam Perhitungan Metode Almanac Nautica

Lebaran 2019 dalam Perhitungan Metode Almanac Nautica
Youssef Ismail ~ Organic Light Photography
My Dock - Almanac Nautica merupakan sebuah data numberik yang menggambarkan posisi dan peredaran benda langit diatas permukaan bumi. Almanac Nautica berdasarkan fungsinya dibuat untuk menentukan arah dan posisi kapal saat berada di lautan luas (berlayar). Data dalam Almanac Nautica sangatlah lengkap menentukan posisi benda langit di atas permukaan bumi dalam deklinasi dan sudut jam Greenwich Mean Time setiap jam dalam satu tahun, dimana matahari, bulan, planet dan titik pertama Aries beredar diatas bumi.  Almanac nautica pertama kali  diterbitkan di inggris pada tahun 1767 oleh HM Nautical Almanac Office dan di Amerika pada tahun 1852 oleh US Naval Observatory.

Dalam keguanaanya sebagai petunjuk arah dan posisi kapal saat berlayar, di Indonesia Almanac Nautica juga digunakan untuk menentukan posisi matahari dan bulan saat memasuki bulan baru (hisab awal bulan). Berhubung saat ini adalah bulan Ramadhan, saya akan mencoba menghitung 1 Syawal 1440 atau lebarang 2019 menggunakan data dari Almanac Nautica.


Pada perhitungan kali ini saya mengambil tempat di Tanjung Kodok sebagai tempat untuk Rukyatul Hilal. Data yang dipergunakan untuk menghitung awal 1 Syawal / Lebaran 2019 adalah sebagai berikut,

Awal Bulan : Syawal 1440 H
Markaz Penanggalan : Tanjung Kodok
Lintang Tempat (P) : -06°  51’  50’’
Bujur Tempat (L) : 112°  21’  28’’
Tinggi Tempat : 10 m.
Metode : Almanac Nautica

PERHITUNGAN
1. Ijtima’ Akhir Ramadhan 1440 H. 




Akhir Ramadan tahun 1440 H atau akhir bulan puasa tahun 2019 diperkirakan jatuh pada Tanggal 03 Juni 2019 pukul :  10.02 GMT, selisih waktu 07.00m.  10.02 + 07.00 =  17.02 WIB  (Apabila lebih dari 24 Jam maka dikurangi 24 jam).

Ijtima’ Akhir Bulan Ramadhan 1440 H, Jatuh pada tanggal 03 Juni 2019 pukul : 17.02 WIB.

2. Tenggelam Matahari, Tanggal 03 Juni 2019 
Data: Lintang (P) : -06°  51’  50’’
Bujur (L) : 112°  21’  28’’
Eqn.Of  Time (E) : 00j  01m  52d
Declinasi M (dm) : 22°  18’  2’’

Tinggi Matahari (H) :  0 – SDM – Ref – (1.76 V m)/60
0 – 00° 15’ 8’’ – 00° 34’ 30’’ – 00° 05’ 33.94’’ = -00°  55’  11.94’’ (h)

Rumus (Tm) : cos-1 (-tan p. tan d + sin h / cos p / cos d )
cos-1 (-tan -06°  51’  50’’ x tan 22°  18’  2’’ + sin -00°  55’  11.94’’ / cos -06°  51’  50” / cos  22°  18’  2’’ ) = 88°  10’  20.9’’

Rumus (Gh) : 12 – E + (( TZ x 15 ) – L + Tm ) / 15
12 – 0° 1’ 52’’ + (( 10 x 15 ) – 112°  21’  28’’  + 88°  10’  20.9’’ ) / 15
Gh = 17° 21’ 23,53’’

3. Sudut Waktu Bulan (tb)
Rumus ; Interpolasi A – ( A – B) X C / 1
GHA                            WAKTU
330°  28’ 2.00’’}--------{10.00 GMT
345°  28’ 1.00’’}--------{11.00 GMT
000°  21’ 23.53’’
335°  48’  54.5’’
112°  21’  28’’ + }-------{Bujur Tempat (L)
448°  10’  22.5’’
360°                      - }----{Satu Lingkaran)
  88°  10’  22.59’’}-------{Sudut Waktu Bln (Tb) 
Declinasi (Db)          WAKTU
19° 18’ 6.00’’             10.00 GMT
19° 25’ 4.00’’             11.00 GMT
00° 21’ 23.53’’
19° 20’ 35.3’’

HP                              WAKTU
00°  58’  1’’                 10.00 GMT
00°  58’  1’’                 11.00 GMT
00°  21’  23.53’’
00°  58’  1’’

4. Tinggi Hilal Hakiki dan Mar’i 
Data: Lintang (P)  -06°  51’  50’’
Declinasi Bulan (Db) :  19° 20’ 34.54’’
Sudut Waktu B (Tb) :  88°   9’   19.1’’

Rumus:  sin-1 (sin P . sin D + cos P . cos D . cos T )
sin-1 (sin -06° 51’ 50" x sin 19° 20’ 35.3’’ + cos -06° 51’ 50’’ x cos 19° 20’ 35.3’’  x cos 88° 10’ 22.59") =  0° 32’ 24.89”
-0°  33’  24.43”      Tinggi Hilal Hakiki (h)
 0°  58’  0.84”  -      Paralaxs (HP X cos h)
-1°  31’  25.27”
 0°  15’  8”        - Semi Diamter Mthri (Data Nautika)
-1°  46’  33.27”
 0°  56’  50.78”  + Pembiasan Cahaya (Daftar Refraksi)
-0°  49’  42.49”
 0°  05’  33.94”  +   Kerendahan Ufuk (D’)
-0°  44’  8.55”         Tinggi Hilal Mar’i (h’)

5. Muktsul Hilal dan Tenggelam Bulan
Muktsul Hilal :  Tinggi Hilal mar’i (h’) / 15
-0°  44’  8.55” / 15 =
-0°  2’  56.57”       Muktsul Hilal
17° 21’ 23,53’’  +   Tenggelam Matahari
17° 18’ 26,96’’      Tenggelam Bulan

6. Azimut Matahari dan Bulan (untuk mengetahui kedudukan dan Posisi Hilal)
Matahari : dm 22°  18’  2’’  tm : 88°  10’  20.9’’
Bulan :  db 19° 20’ 35.3’’  tb : 88°  10’  22.59’’

Rumus : tan-1 (1/(-sin p / tan t + cos p . tan d / sin t ))
67°  38’  47.22’’      Azimut Matahari (Az M)
70°  34’  54.22’’ -   Azimut Bulan (Az B)
  2°  56’  7’’        Selisih Az M/Az B

Kedudukan Hilal berada di selatan Matahari sejauh  2°  55’  53.95’’ dengan posisi mering keselatan

7. Arah Rukyah
OB = 300cm / tan Az B : 300 / tan  840  13’  59.77” = 105 cm
FG  = 300cm / Ctg h’ : 300/ ( 1/tan 050  05’  48.83” = 2 cm

8. Kesimpulan
Ijtima’ Akhir Ramadhan 1440 H : Tgl. 3 Juni 2019
Pukul: 17j  02m  WIB
Tenggelam Matahari (Awal Rukyat) : 17j   21m  23.53d
Tinggi Hilal Mar’i (Hasil Koreksi) -0°  44’  8.55”
Tenggelam Bulan (Akhir Rukyat) 17° 18’ 26,96’’
Kedudukan Hilal:  2°  56’  7’’  (dibawah ufuk)
Tanggal 1 Syawal 1440 H :Tanggal 5 Juni 2019

Layanan Pembuatan Jadwal Waktu Shalat

Layanan Pembuatan Jadwal Waktu Shalat

Waktu shalat penting diketahui bagi umat islam yang akan mengerjakan ibadah shalat fardu. Apabila belum tiba waktunya mengerjakan shalat kemuadian seseorang mengerjaan shalat, maka shalat seseorang tersebut menjadi tidak sah. Pada zaman Nabi (sebelum ada perkembangan teknologi yang canggih seperti saat ini), metode dalam menentukan awal dan akhir waktu ibadah shalat melalui pergerakan matahari. Kemudian ini dijadikan dasar penentuan awal waktu shalat pada masa sekarang. Waktu shalat daerah satu dengan yang lain tidaklah sama. Hal ini dipengaruhi oleh Lintang, Bujur dan ketinggian suatu tempat. 
Karena pentingnya mengetahui waktu shalat, pada menu layanan publik ini saya akan memberikan layanan pembuatan jadwal waktu shalat dalam satu bulan atau satu tahun, tergantung permintaan. Dalam penentuan waktu shalat data yang saya gunakan adalah: Lintang, Bujur dan Ketinggian Tempat. Sehingga Jadwal Waktu Shalat yang saya berikan Insya Allah Sudah akurat.

Bagi anda yang berkenan dan ingin mendapatkan Jadwal Waktu Shalat di tempat atau wilayah anda, bisa mengirimkan data tempat wilayah anda dikolom komentar dengan format:

#DATA TEMPAT PENENTUAN WAKTU SHALAT
Nama Desa (opsional):
Nama Kecamatan (opsional):
Nama Kota/Kabupaten:
Nama Propinsi:
Nama Pemohon:

~*{Layanan Yang Kami Berikan Tidak Dipungut Biaya (GERATIS)}*~

*Berikut Contoh Jadwal Waktu Shalat Tahun 2019*
Lokasi: Ponorogo
Kecamatan: Kota
Lintang: -7°52'
Bujur: 111°27'
Ketinggian: 102m

*Kirim format pengajuan pada kkolom komentar*

Hasil Sidang Isbat Penentuan Ramadhan 1438 H

Hasil Sidang Isbat Penentuan Ramadhan 1438 H

My-Dock - Ramadhan 1438 H jatuh pada hari Sabtu, 27 Mei 2017. Hal ini didasarkan pada hasil sidang Isbat yang dipimpin langsung oleh Mentri Agama Republik Indonesia Lukman Hakim Saifuddin pada hari ini Jum’at, 26 Mei 2017 di kantor Kementrian Agama (Jl. M.H Thamrin No.6 Jakarta).

Pada hari ini Kementrian Agama Mengadakan Pemantauan Hilal di 84 titik di seluruh Indonesia. Dari 84 titik pemantauan Hilal tersebut haya empat titik pemantauan yang dapat melihat Hilal dan disumpah kesaksiannya oleh Hakim Pengadilan Agama. Empat titik tersebut adalah,
Nusa Tenggara Timur (Muhammad Irfan (47) Asisten Peneliti Boscha ITB Bandung, Yusuf (35), Asisten Peneliti Boscha ITB Bandung). 
Sulawesi Utara (Drs. H. Mukhtar Monde (56) Pembimbing Syariah pada Kanwil Kemenag Sulut, M. Zulkifli (25) Pegawai BMKG Sulut, Listiya Rifai (27) Pegawai BMKG Sulut). 
Jawa Timur (H. Inwanuddin (41) Guru di Gresik, H. Asyhar (50) Mahasiswa S2 Ilmu Falak UIN Walisongo, H. Abdullah Toyyib, Pontren Langitan Tuban, Solahuddin, Lembaga Falakiyah NU Gresik) 
Kepulauan Seribu (M Hamidi, Guru dan Prayudi, guru)
Sedangkan menurut perhitungan (Hisab) yang dihimpun oleh Tim Hisab Rukyah Kementrian Agama, Taqwim Standar Indoensia, Keputusan Musyawarah Jawatan Kuasa Penyelarasan Rukyat dan Taqwim Islam Keempat Negera Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia dan Singapura (MABIMS) di Jakarta, Kalender Ummul Quro, Surat Edaran dan Maklumat Pimpinan Ormas Islam menyatakan bahwa ijtima menjelang Ramadhan 1438H terjadi pada hari Jumat tanggal 26 Mei 2017 sekitar pukul 02.44 Wib. Pada hari ini, Jumat tanggal 26 Mei 2017 M bertepatan tanggal 29 Syaban 1438 H di seluruh Indonesia, posisi hilal di atas ufuk atau 07 - 08 derajat. Ketinggian hilal sekitar 07 – 08 derajat diatas ufuk sangat memungkinkan untuk dilihat diwilayah indonesia.

84 Titik Pemantauan Hilal Awal Ramadlan 1438 H

84 Titik Pemantauan Hilal Awal Ramadlan 1438 H
My-Dock - Pada hari ini Jum'at, 26 Mei 2017 Kementrian Agama menggelar Pemantauan Hilal untuk menentukan awal Ramadlan 1438 H. Kementrian Agama melakukan pemantauan di 84 titik lokasi Pemantauan yang tersebar di 33 Propinsi di indonesia.

Hasil dari Pemantauan Hilal tersebut nantinya akan dimusyawarahkan dalam sidang itsbat yang dimulai pada pukul 17.00 Wib kemudian diambil keputusan untuk menentukan awal Ramadlan 1438H. (Plt. Dirjen Bimas Islam - Kamarudin Amin).

Menurut beliau sidang akan dihadiri oleh beberapa Duta Besar Negara-negara sahabat, Pejabat Eselon I dan II Kementerian Agama, Ketua Komisi VIII DPR RI, Mahkamah Agung, Majelis Ulama Indonesia (MUI), Badan Informasi Geospasial (BIG), Bosscha Institut Teknologi Bandung (ITB), Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN),  Planetarium, Pakar Falak dari Ormas-ormas Islam dan Tim Hisab dan Rukyat Kementerian Agama.

Lokasi yang akan digunakan untuk Pemantauan Hilal berdasarkan rilis Subdit Hisab Rukyat dan Syariah Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Kemenag RI tertanggal 23 Mei 2017 diantaranya adalah sebagai berikut:
1 Aceh Observatorium Tgk. Chiek Kuta Karang; Bukit Tower PT Arun; Gunung Cring Crang; Pantai Suak Geudeubang; Pantai Lhok Keutapang; Pantai Teluk Dalam; dan Tugu 'KM.0' Indonesia, Sabang
2 Sumatera Utara Kantor Gubernur Sumut (Medan) dan Pantai Binasa
3 Sumatera Barat Shelter Masjid Nurul Haq
4 Riau Hotel Primer, Jl. Jend Sudirman (Pekanbaru) dan Menara Masjid Islamic Kab. Rohul
5 Kepulauan Riau Bukit Cermin; Pantai Batam; Gunung Lingga; Pantai Karimun; Pantai Natuna; dan Pantai Anambat
6 Jambi Menara Mercusuar Ujung Jabung
7 Sumatera Selatan Hotel Aryaduta, Jl. POM 9 Kampus Palembang
8 Bangka Belitung Pantai Tanjung Raya Desa Penagan Kab. Bangka
9 Bengkulu Dak Mess Pemda Provinsi Bengkulu
10 Lampung Bukit Cantik, Kalianda (Lampung Selatan) dan Pantai Lemong, Krui (Lampung Barat)
11 DKI Jakarta Gedung Kanwil Kemenag DKI Jakarta lantai 7; Masjid Al-Musyariin Basmol, Jakarta Barat; Pulau Karya Kepulaan Seribu; dan Masjid Al-Makmur Klender, Jakarta Timur
12 Jawa Barat Pusat Observasi Bulan (POB) Pelabuhan Ratu, Sukabumi; Observatorium Bosscha Lembang, Bandung Barat; dan Gunung Babakan, Kec. Banjar Kota Banjar
13 Banten Puri Retno Anyer (Serang)
14 Jawa Tengah Menara Al Husna Masjid Agung Jawa Tengah (Semarang); Masjid Giribangun (Banyumas); Pantai Jatimalang (Purworejo); Assalam Observatory (Sukoharjo); Pantai Kartini (Jepara); Pantai Segolok (Batang); Pantai Logending (Kebumen); Pantai Karangjahe (Rembang); dan Pantai Alam Indah (Tegal)
15 DI Yogyakarta POB Sekh Bela Belu, Bantul Parang Tritis (Bantul)
16 Jawa Timur Pantai Sunan Drajat/Tanjung Kodok Paciran (Lamongan); Bukit Banyu Urip Kec. Senori (Tuban); Lapan, Gempol (Pasuruan); Gunung Sekekep Wagir Kidul, Kec. Pulung (Ponorogo); Helypad AURI Ngliyep (Malang); Pantai Serang (Blitar); Pantai Srau (Pacitan); Bukit Wonotirto (Blitar); Pantai Nyamplong Kobong (Jember); Gunung Sadeng (Jember); Pantai Pacinan (Situbondo); Pantai Pancur Alas Purwo (Banyuwangi); Pantai Ambat Tlanakan (Pamekasan); Bukit Condro Dipo (Gresik); Pantai Gebang (Bangkalan); Bukit Wonocolo (Bojonegoro); Pulau Gili (Probolinggo); Pantai Sapo Batuputih (Sumenep); Pantai Kalisangka Kangean (Sumenep); Pantai Bawean (Gresik); dan Satuan Radar (Satrad) 222 Ploso di Kaboh (Jombang)
17 Kalimantan Barat Pantai Indah Kakap (Kubu Raya) dan Tanjung Belandang (Kretapang)
18 Kalimantan Tengah Hotel Aquarius (Palangkaraya)
19 Kalimantan Timur Islamic Center (Samarinda)
20 Kalimantan Selatan Bank Kalsel Jl. Lambung Mangkurat
21 Bali Hotel Patra Jasa Pantai Kute (Bali)
22 NTB Taman Rekreasi Loang Baloq Ampenan (Kota Mataram); Pacific Beach Cottages-Senggigi (Lombok Barat); Pantai Desa Kiwu Kec. Kilo (Dompu); Bukit Poto Batu Taliwang (Sumbawa Barat)
23 NTT Halaman Masjid Nurul Hidayah
24 Sulawesi Selatan Tanjung Bunga di atas Gedung GTC Makassar Pantai Losari
25 Sulawesi Barat Tanjung Rangas Kec. Simboro Kab. Mamuju
26 Sulawesi Tenggara Pantai Buhari Tanggetada, Kab. Kolaka
27  Sulawesi Utara Mega Mall Manado Trade Center (MTC)
28 Gorontalo Asrama Haji Antara Gorontalo
29 Sulawesi Tengah Desa Merana Kec. Sundue Kab. Donggala
30 Maluku Desa Wakasihu Kab. Maluku Tengah
31 Maluku Utara Pantai RUA, Kota Ternate
32 Papua Pantai Lampu Satu Merauke
33 Papua Barat Pantai Sidai Kab. Manokwari

Almanac Nautica 1990 - 2020

Almanac Nautica

Almanac Nautica - Kata Almanak berasal dari bahasa arabألمناخ  al-manaakh yang mempunyai arti musim atau iklim. Sedangkan menurut istilah, kata almanak berarti suatu publikasi tahunan yang mengandung informasi tabular pada suatu atau beberapa topik yang disusun sesuai dengan kalender.

Sedangkan Almanac Nautica adalah data astronomi yang dikeluarkan oleh badan antariksa Amerika Serikat setahun sekali. Dalam Almanac Nautica  ini memuat tentang daftar Declinasi, Equation of Time, waktu terbit dan tenggelamnya matahari dan bulan, dan lain sebagainya yang berhubungan dengan data benda-benda langit.

Untuk mendapatkan Almanac Nautica dalam bentuk buku kita harus memesan atau membeli dari TNI-AL. Hal ini dikarenakan Almanac Nautica tidak diperjual belikan secara bebas ditoko buku. Akan tetapi disini teman-teman yang saat ini sedang belajar Ilmu Falak ataupun yang lainnya bisa mendownload Almanac Nautica secara cuma-cuma melalui link dibawah ini:

A. Nautika 1990 (Download) 
A. Nautika 1991 (Download)   
A. Nautika 1992 (Download)
A. Nautika 1993 (Download)
A. Nautika 1994 (Download)
A. Nautika 1995 (Download)
A. Nautika 1996 (Download)
A. Nautika 1997 (Download)
A. Nautika 1998 (Download)
A. Nautika 1999 (Download)
A. Nautika 2000 (Download)
A. Nautika 2001 (Download)
A. Nautika 2002 (Download)
A. Nautika 2003 (Download)
A. Nautika 2004 (Download)
A. Nautika 2005 (Download)
A. Nautika 2006 (Download)
A. Nautika 2007 (Download)
A. Nautika 2008 (Download)
A. Nautika 2009 (Download)
A. Nautika 2010 (Download)
A. Nautika 2011 (Download)
A. Nautika 2012 (Download)
A. Nautika 2013 (Download)
A. Nautika 2014 (Download)
A. Nautika 2015 (Download)  S. Almanac 2015 (Download)  A. Phenomena 2015
A. Nautika 2016 (Download)  S. Almanac 2016 (Download)  A. Phenomena 2016
A. Nautika 2017 (Download)  S. Almanac 2017 (Download)  A. Phenomena 2017
A. Nautika 2018 (Download)  S. Almanac 2018 (Download)
A. Nautika 2019 (Download)  S. Almanac 2019 (Download)
A. Nautika 2020 (Download)  S. Almanac 2020 (Download)

Istilah-istilah dalam Sistem Hisab Rukyah Epimeris

Istilah-istilah dalam Sistem Hisab Rukyah Epimeris

SAAT IJTIMA’
Disebut juga bulan baru (New Moon) adalah peristiwa segaris/sebidangnya pusat Bulan dan pusat Matahari dari pusat Bumi. Dalam astronomi pada saat demikian Bulan dan Matahari memiliki bujur ekliptika atau bujur astronomi yang sama. Posisi demikian ditandai fraksi iluminasi cahaya hilal terhadap cahaya bulan minimum. Pada saat posisi istimewa, yakni bumi, bulan dan matahari segaris ditandai berlangsungnya gerhana matahari di permukaan bumi. Tidak setiap ijtima’ berlangsung gerhana matahari, karena bidang orbit bulan miring sekitar 5,2 derajat busur terhadap bidang ekliptika (bidang orbit bumi mengedari matahari). Selain itu garis perpotongan kedua bidang orbit tersebut bergerak. 

Ijtima’ berlangsung pada saat yang bersamaan di seluruh permukaan bumi. Walaupun seringkali dinyatakan dalam waktu lokal atau waktu setempat. Adanya perbedaan waktu lokal di berbagai tempat di muka bumi terjadi akibat perbedaan ketinggian matahari dari pengamat saat berlangsungnya ijtima’. ijtima’ disebut juga dengan konjungsi, Ijtima’ bisa terjadi pada siang hari maupun malam hari. 

BUJUR ( طول البلد )  
Kita ambil bola, langit ban bumi kita anggap sebagai bola. Bola itu kita ikat dengan tali melalui kutub utara dan kutub selatan bola, tali itulah yang di namakan bujur bola. Apabila bola itu kita perbesar seperti bumi, maka tali itu adalah bujur bumi, dan kalau kita perbesar lagi seperti langit, maka tali itu adalah bujur langit. Setiap tali atau garis yang melalui kutub utara sekaligus melalui kutub selatan merupakan garis bujur.

Bujur tempat adalah : jarak suatu tempat, sampai ke garis yang melalui kota Greenwich dekat London ( bujur 0º ), sebelah barat kota Greenwich sampai 180º disebut bujur barat, disebelah timurnya sampai 180º di sebut bujur timur.

LINTANG TEMPAT   (عرض البـــلد) 
Lintang tempat adalah: jarak dari katulistiwa sampai ke suatu tempat di muka bumi, diukur sepanjang garis bujur. Katulistiwa adalah lintang 0º. kutub utara lintang + 90º, dan kutub selatan lintang - 90º. Data lintang tempat dan bujur tempat dapat diperoleh dari Almanak, atlas, atau referensi lain yang dapat di percaya. Juga bisa di peroleh dengan memakai alat Global Position Sistim ( GPS ).

EKLIPTIKA
Ekliptika dapat di artikan dengan Lingkaran Zodiak, dalam bahasa arabnya di namakan ( مَنْطِقَة البروج ) yaitu tempat beredarnya bumi mengelilingi matahari, dalam waktu setahun yang di namakan Refolusi Bumi. Arah refolusi bumi ini berlawanan dengan arah jarum jam. Ekliptika ini memotong lingkaran ekuator membentuk sudut 66.5º,

EQUATOR ( KHATULISTIWA )
Lingkaran raksasa yang membelah bola dunia menjadi dua bagian yang sama, yaitu belahan utara dan belahan selatan. Lingkaran tersebut dinamakan Khatulistiwa Bumi, yang dalam bahasa arab di sebut (    خط الاستوء). Apabila lingkaran itu membelah langit di sebut Khatulistiwa langit ( Equator ), dalam bahasa arab disebut ( معدل  النهار  )

ECLIPTIC LONGITUDE ( EL )
 ( EL ) Dikenal dalam bahasa indonesia sebagai Bujur Astronomis, yang dalam bahasa arab disebut ( الطول / التقويم ). yaitu jarak titik pusat benda langit dari titik Vernal equinok  ( titik Aries /الحمــــــل ), Di ukur sepanjang lingkaran Ekliptika. Kalau benda langit itu matahari di sebut Ecliptic longitude matahari ( ELM ), yang dalam bahasa Indonesia di sebut bujur astromomi matahari dan dalam bahasa arab di sebut (طول الشمس), dan jika benda langit tersebut  Bulan maka di sebut Apparent Longitude bulan, yang di kenal sebagai Bujur Astronomis Bulan, dan dalam bahasa arab di sebut (تقويــــم / طول القمـــر)

ASENSIAREKTA
Juga di kenal dengan istilah Apparent Riht Ascensio atau Panjatan Tegak, yang dalam  bahasa arab  ( الصعودالمستقيــــم  /  المطالع البلاديه ). Ini adalah jarak titik pusat benda langit dari titik Vernal equinok  ( titik Aries / الحمـــل ), Di ukur sepanjang lingkaran Equator. Kalau benda langit itu matahari di sebut Asensiarekta Matahari, jika benda langit tersebut  Bulan maka di sebut Asensiarekta Bulan.

DEKLINASI 
Jarak titik pusat benda langit, sampai dengan Equator langit, di ukur sepanjang lingkaran waktu, dinamakan Deklinasi. Jika benda langit itu matahari dinamakan Deklinasi matahari ( ميل الشمس / ميل الاول ). Dan kalau benda langit itu Bulan dinamakan Deklinasi bulan (ميل القمر). Deklinasi sebelah utara Equator bernilai positif (+), deklinasi sebelah selatan Equator bernilai negatif (-).

APPARENT LATITUDE
Jarak titik pusat benda langit dari lingkaran ekliptika. jika benda langit itu bulan dinamakan apparent latitude bulan عرض القمر ) (, nilai maksimumnya 5º 8º.nilai positif berarti bulan di utara ekliptika dan nilai negatif berarti bulan di selatan ekliptika.

SUDUT WAKTU
Yaitu sudut yang di bentuk oleh lingkaran deklinasi dengan lingkaran meredian yang melewati suatu benda langit , atau bisa juga diartikan jarak benda langit dari titik kulminasi, diukur sepanjang lintasan hariannya. Apabila benda langit berada dibelahan barat, bernilai positif. Jika berada di belahan timur bernilai negatif. Sudut waktu di sebut juga Hour angle, dalam bahasa arab di sebut ( فضل الدائر ).

SEMI DIAMETER ( Sd )
Kita buat lingkaran, kita ukur titik pusatnya hingga ke tepi lingkaran, hasil pengukuran itu di sebut semi diameter atau jari – jari lingkaran. Kalau lingkaran itu matahari di sebut semi diameter matahari atau (  نصف القطرالشمس ), Kalau lingkaran itu bulan di sebut semi diameter bulan atau (نصف القطرالقمر),

REFRAKSI  ( Ref )
Pembiasan sinar atau refraction (دقا ئق الاختلاف),yaitu perbedaan tinggi benda langit yang terlihat dengan tinggi sebenarnya, akibat adanya pembiasan sinar. Pembiasan itu terjadi karena sinar yang sampai ke mata kita melalui lapisan atmosfir yang berbeda – beda tingkat kerenggangan udaranya. Sehingga posisi setiap benda langit itu lebih tinggi dari yang sebenarnya. Benda langit yang menempati titik zenit / titik atas nilai refraksinya nol, sedangkan pada saat piringan atas benda langit itu bersinggungan dengan ufuk / kaki langit, maka nilai refraksinya 34.5 menit busur.

KETINGGIAN  ( H )
Jikalau kita mengukur titik pusat suatu benda langit sepanjang lingkaran fertikal sampai ke kaki langit, maka dinamakan ketinggian. Dalam bahasa arab disebut (الارتفـــاع). Ketinggian benda langit akan di beri tanda positif apabila di atas ufuk,dan negatif apabila di bawah ufuk.

IRTIFA’UL HILAL MAR’I ( M )
Adalah ketinggian hilal yang dapat di lihat, yaitu ketinggian hakiki yang telah di koreksi dengan refracsi, semi diameter, horisontal parallak dan kerendahan ufuk.

a. Semi diameter bulan rata – ratanya  0º 16º
Dalam hal ini terjadi  perselisihan di antar para ahli hisab. Apakah Semi diameter bulan untuk di tambahkan atau untuk mengurangi tinggi hilal hakiki. Menurut ahli hisab yang berpendapat semi diameter bulan di tambahkan beralasan: piringan hilal yang terakhir tenggelam adalah bagian atas, karena terjadinya beda azimut, sehingga semi diameter bulan di tambahkan. sedangkan para ahli yang berpendapat semidiameter bulan untuk mengurangi beralasan : Masuknya awal bulan hijriah itu jika hilal sudah nampak di atas ufuk, setelah matahari terbenam pasca ijtima’.penampakan hilal itu pasti piringan yang bagian bawah. Karena bagian itulah yang disinari matahari dan tampak dari bumi, maka semi diameter bulan untuk mengurangi. Sebenarnya perbedaan ini tidak usah terjadi, kalau kita bisa memahami hal dibawah ini.

Hilal itu tergantung pada titik pusatnya terhadap titik pusat matahari. Semakin besar beda azimut kedua benda langit  itu , maka semakin miring kedudukan hilal terhadap ufuk, sehingga semi diameter bulan di tambahkan. kalau beda azimut keduanya kecil, maka piringan hilal yang kelihatan adalah yang bagian bawah, sehingga semidiameter bulan untuk mengurangi.

b. Parallak  ( Par ) / beda lihat untuk mengurangi
    Rumusnya : ((semi diameter bulan / .2725 ) cos irtifa’ul hilal hakiki )

c. Refracsi untuk ditambahkan
Rumusnya : ( .0167 / tan ( tinggi hilal hakiki setelah di koreksi par dan Sd + 7.31 / ( tinggi hilal hakiki setelah di koreksi par dan Sd + 4.4 )))

d. Kerendahan ufuk di tambahkan
Rumusnya: .0293 √ ketinggian tempat di atas permukaan air laut dalam satuan meter.

AZIMUT ( A ) 
Arah benda langit, atau dapat diartikan dengan besarnya suatu sudut yang mengapit titik barat. Bila benda langit berada di utara titik barat bernilai positif dan Bila benda langit berada di selatan titik barat bernilai negatif.

Peradaban Ilmu Falak di Eropa

Peradaban Ilmu Falak di Eropa

Peradaban Ilmu Falak di Eropa - Pada saat negara – negara islam mencapai kejayaannya, bangsa Eropa masih berada dalam ketertinggalan. Sungguh sayang, zaman keemasan islam tidak berlangsung terlalu lama. Ketika bangsa – bangsa Eropa mulai tertarik pada ilmu pengetahuan seperti yang telah dipelajari oleh orang – orang islam yang telah demikian tinggi, serta penemuan di berbagai cabang ilmu pengeetahuan, pendapat – pendapat ilmuwan muslim mulai di tentang oleh aliran muslim kolot.

Munculnya tentangan oleh aliran muslim kolot, terutama disebabkan oleh perkembangan Filsafat yang dianggap oleh mereka telah menjurus ke arah kemurtadan. Dari sini, mereka yang fanatik telah mengambil; kesimpulan bersifat menyeluruh, bahwa orang – orang yang mendalami pengetahuan umum, termasuk ilmu falak, apalagi astrologi, semuanya telah menyalahi ajaran Islam.

Di sisi lain, serangan dari bangsa eropa mulai di lancarkan kepada negara – negara islam, sebagai akibatnya tidak sedikit perpustakaan yang penuh dengan buku – buku menjadi puing – puing yang berserakan dan isinya pun dibawa ke eropa dan sebagian terbakar. Akhirnya bangsa yang semula jaya itu kini kenbali ke jurang keterbelakangan.

Dengan mempelajari ilmu pengetahuan yang telah di capai negara – negara islam, eropa mulai bangkit. Banyak buku – buku ilmu falak yang di terjemahkan ke dalam bahasa mereka, misalnya buku “al – Mukhtashar fi hisabil jabr wal muqabala” karya al – Khawarizmi diterjemakan ke dalam bahasa latin dengan judul baru : “The Mathematics of Integration and Equations”. ”Suratul ardl” karya al – Khawarizmi, “Al – Madkhalul Kabir” dan “Akhamus Sinni Wal Mawalid” karya Abu Ma’syar, “ Tabril al – Maghesti” karya al – Batani, dan masih banyak lagi Buku – buku yang di terjemahkan ke bahasa mereka.
Di antara ilmuwan Eropa dalam bidang astronomi pada saat itu adalah :
1. Nicolas Copernicus ( 1473 – 1543 M )
Copernicus adalah seorang ahli astronomi amatir dari Polandia yang menentang pandangan geosentris dari Ptolomeus. Ia mengatakan dalam bukunya “Revolutionibus Orbium Celestium” bahwa matahari merupakan pusat dari suatu sistim peredaran benda – benda langit,yang di kenal dengan teori Heliosentris.
Sejak Copernicus mengemukakan teori Heliosentrisnya, maka dalam dunia astronomis sampai abad 18 M ada 2 aliran. Yaitu aliran Geosentris dan aliran Heliosentris.
2. Galileo Galilei ( 1564 – 1642 M )
Setelah Galileo membaca karya Copernicus tentang gerak benda – benda langit, kemudian ia menyusun teori kinematika tentang benda – benda langit yang sejalan dengan Copernicus.
Glileo juga berhasil membuat teleskup yang dapat dengan jelas melihat relief permukaan bulan, noda – noda matahari, planet saturnus dengan cincinnya yang indah, planet jupiter dengan 4 buah satelitnya, dsb.
Karya galileo ini, oleh gereja saat itu dinyatakan terlarang untuk di baca umum, karena bertentangan dengan pandangan dan kepercayaan kaum gereja.
3. Johannes kepler ( 1571 – 1630 M )
Kepler adalah seorang bangsa Jerman, dengan tidak kenal lelah ia selalu mengadakan penelitian benda – benda langit , ia memperkuat dan menyenpurnakan ajaran Copernicus, Teori yang di kemukakan dilandasi dengan matematika yang kuat.

Ilmu Falak Dalam Peradaban Islam


Kalender Arab (pra-Islam)
Sebelum kedatangan Islam, masyarakat Arab sudah mengenal kalender. Namun kalender yang dipergunakan adalah kalender bulan-matahari. Dalam kalender ini, pergantian tahun selalu terjadi di penghujung musim panas (sekitar bulan September, ketika matahari melewati semenanjung Arab dari utara ke selatan). Bulan pertama dinamai Muharram, karena di bulan ini seluruh suku di semenanjung Arab bersepakat mengharamkan peperangan. Pada bulan kedua, sekitar bulan Oktober, daun-daun mulai menguning. Karenanya, bulan ini diberi nama Shafar yang berarti kuning. Di bulan ketiga dan keempat, bertepatan dengan musim gugur (rabi). Keduanya diberi nama bulan Rabi’ul awwal dan Rabi’ul akhir.

Januari dan Februari adalah musim dingin atau musim beku (jumad), sehingga dinamai Jumadil awwal dan Jumadil akhir. Di bulan berikutnya, matahari kembali melintasi semenanjung Arab. Kali ini matahari bergerak dari selatan ke utara. Salju di Arab mulai mencair. Karenanya, bulan ini dinamai dengan bulan Rajab. Setelah salju mencair, lahan pertanian kembali bisa ditanami. Masyarakat Arab mulai turun ke lembah (syi’b) untuk menanam atau menggembala ternak. Bulan in disebut bulan Sya’ban. Bulan berikutnya, matahari bersinar terik hingga membakar kulit. Bulan in disebut dengan bulan Ramadhan (dari kata ramdhan yang berarti sangat panas). 

Cuaca makin panas di bulan berikutnya, hingga disebut dengan bulan Syawwal (peningkatan). Puncak musim panas terjadi di bulan Juli. Di waktu-waktu ini masyarakat Arab lebih senang duduk-duduk (qa’id), tinggal di rumah daripada bepergian. Bulan ini diberi nama Dzulqa’dah. Di bulan keduabelas, masyarakat Arab berbondong-bondong pergi ke Makkah untuk menunaikan ibadah Haji sehingga bulan ini disebut dengan bulan haji atau Dzulhijjah. Sedangkan bulan ketigabelas yang ditambahkan di setiap penghujung tahun kabisat disebut dengan bulan Nasi’. 

Kalender Hijriah
Kalender bulan-matahari yang berlaku di semenanjung Arab ternyata menimbulkan kekacauan. Masing-masing suku menetapkan tahun kabisatnya sendiri-sendiri. Hal ini menjadi dalih dan pembenaran untuk menyerang suku lain di bulan Muharram dengan alasan, bulan itu adalah bulan Nasi’ menurut perhitungan mereka. 

Setelah turun wahyu kepada Muhammad saw, kalender bulan-matahari diubah menjadi kalender bulan. Satu tahun terdiri dari duabelas bulan, sebagaimana firman Allah,
“Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ada 12 bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan Allah sewaktu Dia menciptakan langit dan bumi, diantaranya ada 4 bulan haram….” [At Taubah36]
Meskipun begitu, nama-nama bulan tetap tak berubah karena sudah terlanjur populer di masyarakat. Lagipula, nama-nama ini tidak mengandung unsur kemusyrikan. Dengan diberlakukannya kalender bulan, ramadhan tak lagi selalu jatuh di musim panas. Setiap tahun akan terus bergeser. Di kalender masehi, kita merasakan perayaan idul fitri akan lebih cepat 11 hari dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Meski merepotkan (tanggalnya selalu berganti-ganti), namun hal ini menguntungkan bagi saudara-saudara kita yang tinggal di daerah dengan empat musim. Pergeseran waktu di kalender Masehi membuat Ramadhan bisa terjadi di musim dingin, musim gugur, musim semi maupun musim panas.

Ketika Rasulullah saw masih hidup, kalender yang digunakan tidak berangka tahun. Jika seseorang ingin menuliskan waktu transaksi, hanya ditulis: 14 Rajab. Tentu saja, hal ini menimbulkan kerancuan, apakah yang dimaksud 14 Rajab tahun ini atau lima tahun yang lalu?

Enam tahun setelah wafatnya Rasulullah saw, Gubernur Irak, Abu Musa al Asy’ari mengirim surat kepada Khalifah Umar Bin Khatthab. Sebagian surat itu berisi saran agar kalender Hijriah diberi angka tahun. Usul ini pun disetujui. Umar segera membentuk panitia yang beranggotakan Umar, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqqas, Talhah bin Ubaidillah, dan Zubair bin Awwam. Panitia kecil ini bermusyawarah untuk menentukan kapankah dimulainya tahun pertama. Ada yang mengusulkan tahun kelahiran Nabi saw (‘Am al Fil, 571 M), seperti kalender Masehi yang merujuk pada kelahiran Isa. Ada pula yang mengusulkan tahun turunnya firman Allah yang pertama (‘Am al Bi’tsah, 610 M). Pada akhirnya, yang disetujui adalah pendapat Ali yang menggunakan tahun hijrah dari Makkah ke Madinah (‘Am al Hijrah, 622 M). Alasannya:
  • Dalam Al Qur’aan, Allah memberi banyak penghargaan pada orang-orang   yang berhijrah.
  • Masyarakat Islam yang berdaulat dan mandiri baru terbentuk setelah hijrah ke Madinah.
  • Ummat Islam diharapkan selalu memiliki semangat hijriah, tidak terpaku pada satu keadaan dan senantiasa ingin berhijrah menuju keadaan yang lebih baik.
Karena tahun pertama dimulai sejak peristiwa hijrah ke Madinah, kalender ini kemudian populer disebut kalender hijriah. 

Meski tidak mendetail, aturan tentang kalender hijriah telah tercantum dalam al Qur’aan dan hadits. Aturan tersebut kemudian menjadi pedoman dalam pembuatan kalender hijriah.
  1. Satu tahun hijriah terdiri dari 12 bulan. Dalilnya adalah QS At Taubah ayat 36, “Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ada 12 bulan…”
  2. Pergantian bulan terjadi saat terlihatnya hilal.Dari sekian banyak hadits shahih yang ada, saya ambil salah satu hadits dari kitab shahih Bukhary,  “Berpuasalah kamu setelah melihat hilal dan berbukalah setelah melihat hilal. Maka bila pandanganmu  terhalang (oleh mendung atau hujan), sempurnakanlah bilangan bulan Sya’ban menjadi 30 hari.” 
  3. Satu bulan terdiri dari 29 hari. Namun bisa juga menjadi 30 hari jika hilal masih belum tampak. Dalilnya adalah hadits di nomor 2.
  4. Pergantian hari terjadi pada waktu maghrib (setelah matahari terbenam).
Sekitar 300 tahun setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, negara – negara islam telah memiliki kebudayaan dan pengetahuan tinggi. Banyak sekali ilmuwan muslim bermunculan dengan karyanya yang gemilang tertumpuk di perpustakaan negara Islam. 

Pada tahun 773 M, seorang pengembara India menyerahkan sebuah buku data astronomi berjudul “Sindhind” atau “Sindhanta” kepada kerajaan islam di Baghdad. Oleh Khalifah Abu Ja’far al – Mansur ( 719 – 775 M ), diperintahkan agar buku itu di terjemahkan ke dalam bahasa Arab. Perintah ini di laksanakan oleh Muhamad ibn Ibrahim al – Fazari ( W. 796 M ). Atas usahanya inilah al – Fazari dikenal sebagai ahli ilmu falak yang pertama di dunia islam.

Setelah al – Fazari, pada abad ke 8 muncul Abu Ja’far Muhamad bin Musa al – Khawarizmi, lahir di khawarizm ( Kheva ), kota di selatan sungai Okus ( kini Uzbekistan ) pada tahun 770 M.  sebagai ketua observatorium al – Ma’mun. Dengan mempelajari karya al – Fazari ( terjemaham Sindhind ). Al – Khawarizmi berhasil mengolah sistim penomoran India menjadi dasar operasional ilmu hitung. Dengan penemuan angka 0 ( nol ) India, maka terciptalah sistim pecahan desimal sebagai kunci terpenting dalam pengembangan ilmu pasti. Dia juga telah berhasil menyusun tabel trigonometri atau Daftar logaritma  seperti yang ada sekarang ini.  

Selain Al Khawarizmi, ilmuwan muslim yang cukup terkenal memajukan Ilmu Falak diantaranya Abdurrahman Ibnu Abu Al- Hussin Al Sufi (Ibnu Sufi), Abu Yousouf Yaqub Ibnu Ishaq al-Kindi (Al Kindi), Abu Abdallah Mohammad Ibnu Jabir Ibn Sinan al-Raqqi al-Harrani al-Sabi al-Battani (Al-Battani), Abu Abdallah Mohammad Ibnu As-Syarif Al-Idrisi (Al-Idrisi), Mohammad Taragay ibnu Shah Rukh (Ulugh Beg) dsb.

Sekalipun ilmu falak dalam peradaban islam sudah cukup maju, namun yang patut di catat adalah pandangan terhadap alam masih mengikuti pandangan ptolomeus, yakni geosentris.

PHASES OF THE MOON 2014

PHASES OF THE MOON - Tahapan rotasi bulan tahun 2014 (PHASES OF THE MOON). Tabel berikut memberikan informasi mengenai  tanggal dan waktu (Universal Time) dari semua fase Bulan untuk tahun 2014. Untuk tahun 2000, panjang rata-rata bulan synodic (New Moon ke New Moon) adalah 29,530588 hari. Namun, panjang dari satu bulan synodic dapat bervariasi 29,26-29,80 hari karena efek Matahari mengganggu pada orbit eksentrik Bulan.

Tahapan dari tabel phases of the mood menunjukkan kapan gerhana matahari atau bulan berlangsung dan memberikan informasi mengenai  jenis gerhana. Gerhana Matahari dapat terjadi hanya pada New Moon (bulan baru), sedangkan gerhana bulan dapat terjadi hanya pada bulan purnama. (lihat: Gerhana Matahari untuk Pemula dan Lunar Gerhana untuk Pemula). Dalam setiap tahun kalender minimal ada dua gerhana bulan dan dua gerhana matahari. Jumlah maksimum gerhana dalam satu tahun adalah 7 (4 matahari dan bulan 3, atau 5 matahari dan 2 bulan. Tabel berikut mencantumkan singkatan untuk berbagai jenis gerhana matahari dan bulan.

Eclipse Types

Dalam ilmu falak phases of the mood (tahapan rotasi bulan) digunakan untuk mengetahui kapan saat terjadinya ijtima’. Yaitu dengan cara mengganti bulan masehi dengan bulan hijriyah dan melihat pada kolom new moon untuk mengetahui tanggal saat terjadinya bulan baru. Dalam tabel phases of the mood ini waktu yang digunakan masih menggunakan jam Greenwich mean time (GMT). Untuk merubah menjadi jam WIB harus ditambah tujuh jam (+7), WITA harus ditambah delapan jam (+8) dan WIT ditambah sembilan jam (+9).

Berikut tabel Phases Of The Moon

Phases Of The Moon

Mengenal Ilmu Falak

Mengenal Ilmu Falak - Kata falak berasal dari bahasa Arab (al-falak) artinya beredar, peredaran, atau peredaran bintang-bintang, lintasan benda-benda langit (orbit) sebagaimana Firman Allah dalam Al-Qur’an surat Yasin ayat 40 yang berbunyi “wa kullu fi falak yasbahun” (dan masing-masing beredar pada garis edarnya).

Sedangkan Ilmu Falak mempunyai arti Suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari dan membahas tentang peredaran dan lintasan benda-benda langit, seperti matahari, bulan, bintang, dan benda-benda langit lainnya. Dalam istilah umum disebut Astronomy, atau dalam istilah bahasa Inggris  disebut dengan Practical Astronomy.

Didalam ilmu falak ini terbagi menjadi dua aliran ilmu, yaitu ilmu hisab dan ilmu rukyah definisi dari kedua aliran tersebut adalah sebagai berikut:

Ilmu Hisab
Kata  hisab bearasal dari bahasa Arab (al-hisab) artinya hitungan atau bisa juga dikatakan perhitungan, sebagaimana dalam Firman Allah dalam Al-Qur’an surat Yunus ayat 5 yang berbunyi “lita’lamu ádada al-sinin wa al-hisab” (agar kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Ilmu Falak juga bisa disebut sebagai Ilmu Hisab, karena kegiatan yang menonjol dari ilmu ini ialah memperhitungkan posisi dan kedudukan benda-benda langit. Sedangkan yang dimaksud dengan Ilmu Hisab adalah Suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari dan membahas mengenai perhitungan peredaran kedudukan benda-benda langit. Ilmu falak atau ilmu hisab disebut juga ilmu faraidh. Dalam istilah bahasa Inggris disebut dengan Arithmatic. 

Rukyatul  Hilal
Kata rukyah berasal dari bahasa Arab ru’yah  (rukyat) artinya melihat. Kata rukyah ini terdapat banyak arti, diantaranya adalah melihat dengan mata, atau melihat dengan akal. Selain itu bisa juga diartikan melihat dengan mata, atau melihat dengan akal, atau dengan hati. Kata rukyah penggunaannya selalu dihubungkan dan disambung dengan kata hilal (bulan baru). Hal ini dikarenakan, pada saat menentukan tanggal satu penanggalan hijriyah, Nabi Muhammad mengajarkan pada umatnya untuk melihat bulan tipis (balan sabit). 

Sedangkan istilah-istilah ru’yah (rukyat) yang sudah dikenal di kalangan masyarakat, antara lain sebagai berikut :
  1. rukyat  al hilal : melihat hilal dengan mata, atau dengan teleskop pada saat matahari terbenam menjelang awal bulan qamariyah. Dalam istilah bahasa Inggris disebut Observation atau Observasi.
  2. rukyat al hilal bi al fi’li, atau rukyatul hilal bil fi’li: Istilah ini sangat dikenal di kalangan umat Islam. Pengertiannya sama dengan rukyatul hilal
  3. hadd imkan al rukyat artinya Batas kemungkinan hilal dapat dilihat
  4. irtifa’u al hilal artinya ketinggian hilal, dalam istilah bahasa Inggris disebut Altitude. 
  5. istilahah al rukyat artinya hilal tidak dapat dilihat.
  6. imkan al rukyat artinya kemungkinan hilal dapat dilihat.
  7. al qath’u bi al rukyat artinya pasti hilal dapat dilihat.