Data Bulan dalam Ilmu Falak

1.    Apparent Longitude
Apparent Longitude dapat diterjemahkan sebagai Bujur Astronomis Bulan yang terlihat. Lebih dikenal sebagai Bujur Astronomic Bulan. Data yang dalam bahasa Arab dikenal pula istilah Taqwim atau Thul Qomar ini adalah jarak antara titik Aries (Vernal Wquinox/Hamal) diukur sepanjang Lingkaran Eliptika. Data ini diperlukan dalam menghitung ijtima dan gerhana.

2.    Apparent Latitude
Apparent Latitude dapat diterjemahkan sebagai Lintang Astronomis Bulan yang terlihat, lebih dikenal sebagai Lintang Astronomis Bulan. Dalarn istilah Arab disebut Ard al Qomar . Data ini adalah jarak antara Bulan dengan Lingkaran Ekliptika diukur sepanjang Lingkaran Kutub Ekliptika. Nilai maksimum dari Lintang Astronomis Bulan adalah 5 8 (lima derajat delapan menit). Nilai positip berarti bulan berada di Utara Ekliptika, dan nilai negatif berarti Bulan berada di sebelah Selatan Ekliptika. Jika pada saat ijtima nilai Lintang Astronornis Bulan sama atau hampir persis sama dengan nilai Lintang Astronomis Matahari, maka akan terjadi Gerhana Matahari. Data ini diperlukan dalam menghisab ijtima dan gerhana.

3.    Apparent Right Ascention
Apparet Right Aseention dikenal dalam bahasa Indonesia sebagai Asensio Rekta dari Bulan yang terlihat. Data yang dikenal pula dengan istilah Panjatan Tegak atau Ashshu'udul Mustaqim atau Al Matholi’ul Baladiyah  ini adalah jarak titik pusat Bulan dari titik Aries diukur sepanjang lingkaran Equator. Data ini diperlukan antara lain dalam perhitungan ijtima, ketinggian hilal dan gerhana.

4.    Apparent dee
Apparent dec., singkatan dari Apparent Declination, dikenal dalam bahasa Indonesia sebagai Deklinasi Bulan. Data yang dikenal pula dengan istilah Mailul Qomar ini adalah jarak Bulan dari Equator. Nilai Deklinasi positip jika Bulan disebelah utara Equator, dan negatif jika di sebelah selatan equator. Data ini diperlukan dalam perhitungan ijtima, ketinggian hilal dan gerhana.

5.    Horizontal Parallax
Parallax yang dikenal dalam bahasa Indonesia sebagai "Benda Lihat" atau dalam bahasa Arab Ikhtilaful Mandhar, adalah sudut antara garis yang ditarik dari benda langit ketitik pusat bumi dan garis yang ditarik dari benda langit ke mata sipengamat. Sedangkan Horizontal Parallax adalah Parallaks dari Bulan yang sedang berada persis di garis ufuq (Lihat gambar 3). Nilai parallaks berubah ubah tergantung kepada jarak benda langit itu dari garis ufuq. Semakin mendekati titik Zenith nilai parallax suatu benda langit semakin kecil. Benda langit yang sedang berposisi pada titik Zenith, nilai parallax adalah nol; sedangkan benda langit yang sedang berposisi pada garis ufuq, nilai Parallaxnya paling besar. Disamping itu Parallax tergantung pula kepada jarak benda langit tersebut dari mata sipengamat (Bumi). Semakin jauh suatu benda langit nilai Paralaxnya semakin kecil. Nilai Parallax Matahari sangat kecil   bahkan dapat diabaikan   sehab jarak Matahari   Bulan sangatlah jauh, berbeda dengan jarak Bulan   Bumi. Nilai Horizontal Parallax ini diperlukan untuk melakukan koreksi perhitungan ketinggian hilal, dari ketinggian hakiki menjadi ketinggian Mar'i (visible altitude)

6.    Semi Diameter
Semi Diameter yang dikenal sehagai jari jari atau Nisful Quthr adalah,jarak sudut antara titik pusat Bulan dengan piringan luarnya (Lihat gambar 4). Nilai Semi Diameter Bulan adalah sekitar 15 sebab piringan bulatan Bulan penuh adalah sekitar 30 (1/2 derajat). Data ini diperlukan untuk melakukan perhitungan ketinggian piringan atas (upper limb) hilal, sebab semua data bulan adalah data titik pusatnya.

7.    Angle Bright Limb
Angle Bright Limb,  yang  dikenal  dalam  istilah  bahasa  Indonesia  sebagai Sudut Kemiringan hilal,  adalah sudut kemiringan piringan hilal yang memancarkan sinar sebagai akibat arah posisi hilal dari Matahari. Sudut ini diukur dari garis yang menghubungkan titik pusat hilal dengan titik Zenith  ke garis yang menghubungkan titik pusat hilal dengan titik pusat Matahari dengan arah sesuai dengan perputaran jarum jam.

8.    Fraction Illum
Fraction Illum adalah singkatan dari Fraction Illumination. Yang dimaksudkan adalah besarnya piringan Bulan yang menerima sinar Matahari dan menghadap ke Bumi. Jika seluruh piringan Bulan yang menerima sinar Matahari terlihat dari Bumi, maka bentuknya akan berupa “bulatan penuh”. Dalam keadaan seperti ini nilai Fraction Illum. (besarnya Bulan) adalah satu, yaitu persih pada saat puncaknya Bulan Purnama. Sedangkan jika Bumi, Bulan dan Matahari sedang persis berada pada satu garis lurus, maka akan terjadi Gerhana Matahari Total. Dalam keadaan seperti ini nilai Fraction Illumination Bulan adalah nol. Setelah Bulan Purnama, nilai Fraction Illumination akan semakin mengecil sampai pada nilai yang paling kecil, yaitu pada saat ijtima dan setelah itu nilai Fraction Illumination ini akan kembali membesar sampai mencapai nilai satu, pada saat Bulan Purnama. Dengan demikian, data Fraction Illumination ini dapat dijadikan pedoman untuk menghitung kapan terjadinya ijtima dan kapan bulan purnama (istiqbal), demikian pula saat first quarter dan last quarter dari bulan dapat dihitung, yaitu dengan mencari nilai Fraction llum sebesar setengah (0,5). Data ini diperlukan untuk membantu pelaksanaan Rukyatul hilal sekaligus melakukan pengecekannya mengenai besarnya hilal.

Bagikan ke :

Facebook Google+ Twitter Digg Technorati Reddit

0 komentar:

Posting Komentar