Ziarah Makam Srandil dan Sejarah R.M Mertokusumo

Ziarah Makam Srandil dan Sejarah R.M Mertokusumo

My-Dock/Sejarah - Makam Srandil berada diatas perbukitan yang biasa orang sekitar menyebutnya bukit Serayu, dan makam ini menghadap kearah selatan dilingkari dengan pagar dinding (tembok.Jw.) dari batu bata dan pintu masuknya berupa gapura. Di tengah-tengah lingkaran pagar tembok itu terdapat 2 rumah gedong, dan di depannya juga terdapat cungkup (rumah gedong kecil).



Di sekitar makam bukit Srandil ini terdapat lima perbukitan, jika diurut dari barat ketimur nama nama bukit itu adalah :
  1. Bukit Lembu 
  2. Bukit Bancak
  3. Bukit Ngrayu terdapat goa disana.
  4. Bukit Serayu dan
  5. Bukit Serandil.
Daerah Srandil ini dahulu kala merupakan tanah perdikan (tanah yang tidak dikenai pajak), kemudian mulai tahun 1964 semua tanah perdikan di cabut oleh pemerintah RI dan statusnya menjadi tanah umum yang terkena pajak.

Yang di makamkan di bukit Srandil ini adalah bupati Sumoroto beserta anak cucunya, dan bentuk makam berupa rumah gedong yang jumlahnya ada 2 gedong, adapun yang dimakamkan digedong sebelah barat, berurutan dari arah barat adalah :
  1. R.M Riyo Surjo Hadikusumo-wafat 10-10-1935.
  2. R.M Brotodiningrat-wafat 16-3-1927
  3. R.A.T Sumonegoro
  4. ......... (tidak ada namanya)
  5. R.M Mertokusumo turun Batoro Katongan.

R.M Mertokusumo inilah yang pertama kalinya dimakamkan di bukit Srandil ini, beliau putra dari R.T Mertowongso II Bupati Ponorogo Kutha Wetan, dan beliau juga yang babad dhukuh Babadan yang terletak disebelah utara bukit Srandil dimana didhukuh ini dulu beliau madeg pandita. Diluar gedong ini disebelah baratnya ada cungkup merupakan makamnya R.M Tondhowinoto sekaliyan garwo yang wafat tanggal 17-7-1939.

Kemudian pada gedong yang kedua di sebelah timurnya gedong pertama dimakamkan : R.M Brotodirdjo sekaliyan. Di depan gedong sebelah timur di pelataran adalah makam R. Surodiwirjo (bekel juru kunci Srandil) Lurah Srandil pertama. Dan di depan gedong timur dekat dengan pagar tembok makamnya R.M Harijogi bupati Ponorogo putra R.M Tondowinoto. Pada sisi kiri pintu gapuro di dalam plataran adalah makamnya R. Imamredjo sekaliyan (Lurah Srandil).

Gapura Makam Srandil
Gapura Makam Srandil
R.M Rijo Surjo Hadikusumo adalah putra dari R.T Sumonegoro, nama kecil dari R.M Rijo Surjo Hadikusumo adalah R.M Imam Suwongso, ketika masih muda menjabat mantri polisi di Magetan, dan kemudian menjabat Wedono di Uteran Madiun.

Ketika di Magetan terjadi perampokan yang dilakukan oleh Yahuda yang sangat sakti mandraguna karena diembani Jin, Residen Madiun minta bantuan kepada R.M Rijo Surjo Hadikusumo wedono Uteran untuk menangkap Yahuda. Permintaan Residen Madiun itu disanggupi dan R.M Rijo Surjo Hadikusumo terus bekerja, dengan bekal kesaktiannya yang pilih tanding, kesaktian Yahuda ternyata tidak sebanding dengan kesaktian yang dimiliki oleh R.M Rijo Surjo Hadikusumo Yahuda mati ditangannya. Dengan keberhasilannya inilah akhirnya beliau diangkat menjadi Patih di Pacitan.

R.M Tondowinoto.adalah putra R.M.T Brotodirdjo bupati Sumoroto ke III, ketika biliau menjadi camat di Kambeng, disana terjadi perampokan dengan sebutan Rampok Senepo yang dipimpin oleh Eko dengan aji andalannya kidang kencono.

Ketika R.M Tondowinoto hendak menangkap Eko dibantu oleh 7 lurah (kepala desa), rupanya rencana penangkapan ini dapat diketahui oleh si Eko, karena itu dia juga menyiapkan kawanan begal dan rampok, akan tetapi Eko untuk menghadapi R.M Tondowinoto dan 7 lurah tersebut tidak ingin melibatkan kawan-kawannya. Hanya saja apabila nanti dirinya betul-betul tertangkap terserahlah pada kawan-kawannya itu untuk mengambil sikap. 

Akhirnya Eko dapat ditangkap oleh R.M. Tondo winoto bersama 2 orang lurah yang membantunya namun naasnya ketika Eko sudah dirantei dan akan dibawa ke kantor Kecamatan, 20 orang kawanan Eko tiba-tiba menyerang dan mengeroyok R.M Tondowinoto, bagaimanapun kesaktian R.M Tondowinoto tidak mampu menghadapi 20 orang kawanan rampog.

R.M Tondowinoto akhirnya jatuh dan tidak berdaya lagi kemudian diceburkan ke sungai, sekalipun demikian keadaannya 2 orang Lurah yang membawa Eko selamat sampai di kantor Kecamatan Kambeng. Sekalipun sudah diceburkan ke sungai R.M Tondowinoto masih selamat dan dapat pulang kerumahnya, dan Eko diputus oleh pengadilan mendapat hukuman dibuang ke daerah Sawahlunto Sumatra. Kemudian R.M Tondowinoto diangkat menjadi Wedono Ardjowinangun-Tamansari merangkap Lid Landraad.

R.M Tondowinoto dibuang ke Ngawi (diselong), karena membela R.M Brotodirdjo yang sedang ada masalah dengan Residen Madiun, tentang urusan pengairan sawah yang tidak menguntungkan para petani, selanjutnya R.M Tondowinoto di pindah kan ke Pacitan menjadi mantri Gudang Garam. Karena R.M Tondowinoto dalam menjalankan tugasnya sebagai mantri Gudang Garam selalu membela dan menguntungkan rakyat, akhirnya dipensiun dan mendiami rumahnya sendiri lagi hingga beliau meninggal dunia tanggal 17-Juli-1939 M dan di makamkan di pemakaman Srandil.

*Foto oleh : Nanag Diyanto
Ditulis oleh : Moh Cholil
Editor : Moh Najiib

Bagikan ke :

Facebook Google+ Twitter Digg Technorati Reddit

3 komentar:

  1. nama tokoh rampok asal magetan yaitu Yahuda sangat membingungkan saya,krn sy menemukan nama Yahuda(magetan) adlh Kyai Yahuda cucu Kyai Ageng Muh.Besari(Ponorogo) yg kemungkinan nantinya hijrah ke Pacitan

    BalasHapus
    Balasan
    1. dari tahunnya jg tdk masuk akal krn terpaut jauh

      Hapus
  2. Yang jelas sejarah selalu menuoas dan terkelupas pada era tertentu

    BalasHapus