Ziarah Kubur Gondoloyo

My-Dock/Sejarah - Setelah meninggalnya R. Suradiningrat Seda demung, terjadi kekosongan kepemimpinan dan putra-putranya sama menginginkan menggantikan kedudukan ayahandanya. Karena peristiwa ini akhirnya Sri Sunan Solo mengutus R.M Wiryodiningrat, untuk menata para putra-putra R. Surodiningrat, agar Ponorogo menjadi pulih tentram kembali. Akan tetapi usaha ini gagal tidak membuahkan hasil, kemudian Sri Sunan Solo mengutus P. Purbonegoro untuk melakukan musyawarah dengan para putra R. Surodiningrat Sedodemung tersebut. Selanjutnya permusyawaratan itu meng hasilkan keputusan bahwa, para putra R. Surodiningrat yang laki-laki di urut dari yang lebih tua diberi kedudukan, diantaranya :
  • R. Brotodiwirjo menjadi bupati di Madura.
  • R.T Surolojo menjadi bupati Ponorogo
  • R.T Brotonegoro menjadi bupati Polorejo
  • R. Pandji Hudan Sanjoto bupati Jakarta.
  • R. Surojudo menjadi bupati Srengat.

Selanjutnya para putri-putrinya dinikahi oleh para pejabat di Surakarta dan Yogjakarta diantaranya :
  • R.A Judonegoro istri bupati Banyumas
  • R.A Djajengrono istri bupati Caruban
  • R.A Mangkudipuro istri bupati Madiun
  • R.A Pamogan istri Sinuwun Solo
  • R.A Sinduredjo adipati Surakarta.
  • R.A.T Sumodjojo istri bupati Surakarta
  • R.A Danuredjo patih dalem Yogjakarta
  • R.A Selarong adipati di Yogjakarta.
Ketika Ponorogo dipimpin oleh R.T Surolojo mengalami kemajuan dalam semua sektor termasuk perdagangan, hubungan dengan keraton Surakarta semakin baik, hal ini dikarenakan R.T Surolojo sebelumnya pernah menjadi pejabat di Surabaya, sehingga beliau mudah membangun komunikasi.

Dalam rangka untuk kemajuan Ponorogo, R.T Surolojo sering keluar daerah, sehingga menjadikan pemerintah Belanda curiga terhadapnya, dan dianggap dapat membahayakan sehingga beliau di pindahkan ke Jakarta. Kemudian digantikan oleh saudaranya sendiri yang bernama Surodiningrat II, agar kabupaten Ponorogo tidak terjadi kekosongan pemimpin.

Waktu Adipati Surodiningrat II berkuasa terjadi perang Diponegoro, dan pemerintah Belanda sangat curiga terhadap para Bupati di Ponorogo. Apalagi di dukung dengan keberadaan P. Diponegoro yang telah menginap di daerah Ponorogo.

Mulai saat itulah kabupaten Ponorogo dijaga ketat oleh serdadu Belanda, dan menjadi masa berakhirnya kabupaten Ponorogo Kutho Wetan, atau kota lama. R. Adipati Surodiningrat meninggal tahun 1837 M, dan dimakamkan di Gondoloyo masuk Desa Plalangan Kecamatan Jenangan, dan selanjutnya anak turunnya dimakamkan disini juga.

R.T. Surodiningrat II istrinya 6 dan anaknya ada 13 yaitu :
  1. A. Istri dari Kadilangu Demak berputra :
  2. R.Ngabei Brotonegoro – wedono Ponorogo.
  3. R.M Pandji Notowidjojo – jekso Ponorogo
  4. R.A Wonoprawirodirdjo.
B. Istri dari Surakarta berputra :
  1. R.M Surodiningrat – bupati Magetan
  2. R.A Mertohadinegoro – bupati Ponorogo
  3. R.M Sosrokusumo – patih Ponorogo
  4. R.A Sumodiwirjo – wedono Pelem Mage- tan.
C. Istri ke III (R.A Ismojowati) berputra :
  • R.Panji Surolojo – bupati Ponorogo
D. Istri ke IV (R.A Dojowati) berputra :
  1. R.Panji Surobroto – Magetan.
  2. R.Panji Wirjoseputro – Ponorogo.
  3. R.Panji Wirobroto – Ponorogo.
  4. R.Panji Sumobroto – Ponorogo.
E. Istri ke VI (R.A Regu) berputra :
  • R.Panji Danukusumo – Magetan.

Ditulis oleh : Moh Cholil
Editor : Moh Najiib

Bagikan ke :

Facebook Google+ Twitter Digg Technorati Reddit

1 komentar: