Hewan Yang Dinadzarkan Untuk Berqurban Ternyata Terdapat Cacat

Hewan Yang Dinadzarkan Untuk Berqurban Ternyata Terdapat Cacat - Bilamana seekor hewan telah dita’yinkan untuk dijadikan sembelihan qurban, seumpama pemilik hewan itu mengatakan : “Ini adalah kambing qurban saya”, maka jadilah qurban itu qurban mu’ayyan atau qurban wajib, tidak boleh si pemilik kambing itu dan sekeluarga ikut memakan daging dari kambing qurban wajibnya tersebut.

Dan apabila ternyata terdapat cacat pada kambing yang di mu’ayyankan tadi sekalipun parah cacatnya wajiblah kambing itu disembelih sebagai qurbannya, dan tidak boleh diganti dengan yang lainnya, karena sudah ta’yin. 

( قوله ولو نذر التضحية بمعيبة إلخ ) أفاد بهذا أنه لو نذر التضحية بسليمة ثم حدث فيها عيب ضحى بها وثبت لها سائر أحكام التضحية.) إعانة الطالبين -  ج 2 / ص 332)

(Dan kata mushanif, jika seseorang bernadzar akan berqurban dengan hewan yang cacat, telah mengambil faedah dengan ini jika seseorang bernadzar akan berqurban dengan hewan yang tidak cacat, kemudian ternyata terdapat cacat maka berqurbanlah dengannya, dan tetap baginya berlaku seluruh hukum qurban.
(I’anatut Thalibin – Juz 2 halaman 233).

النَّوْعُ الرَّابِعُ الْأَكْلُ  من الْأُضْحِيَّةِ وَالْهَدْيِ أَيْ حُكْمُهُ فَلَا يَجُوزُ الْأَكْلُ من دَمٍ وَجَبَ بِالْحَجِّ وَنَحْوِهِ كَدَمِ تَمَتُّعٍ وَقِرَانٍ وَجُبْرَانٍ وَلَا من أُضْحِيَّةٍ وَهَدْيٍ وَجَبَا بِنَذْرٍ مُجَازَاةً كَأَنْ عَلَّقَ الْتِزَامَهُمَا بِشِفَاءِ الْمَرِيضِ وَنَحْوِهِ لِأَنَّهُ أَخْرَجَ ذلك عن الْوَاجِبِ عليه فَلَيْسَ له صَرْفُ شَيْءٍ منه إلَى نَفْسِهِ كما لو أَخْرَجَ زَكَاتَهُ فَلَوْ وَجَبَا بِمُطْلَقِ النَّذْرِ أَيْ بِالنَّذْرِ الْمُطْلَقِ وَلَوْ حُكْمًا بِأَنْ لم يُعَلِّقْ الْتِزَامَهَا بِشَيْءٍ كَقَوْلِهِ لِلَّهِ عَلَيَّ أَنْ أُضَحِّيَ بِهَذِهِ الشَّاةِ أو بِشَاةٍ أو أُهْدِيَ هذه الشَّاةَ أو شَاةً أو جَعَلْت هذه أُضْحِيَّةً أو هَدْيًا أَكَلَ جَوَازًا من الْمُعَيَّنِ ابْتِدَاءً كَالتَّطَوُّعِ. أسنى المطالب في شرح روض الطالب - (ج 1 / ص 545)

Macam ketentuan hukum yang ke empat, adalah memakan daging qurban. Tidak boleh memakan daging hewan yang disembelih untuk memenuhi Dam yang wajib dibayar ketika ibadah haji, seperti haji Tamathu’ atau Qiron dan tidak boleh pula memakan daging hewan qurban wajib, seperti qurban nadzar yang dikaitkan dengan keberhasilan atau perolehan sesuatu, seperti dikaitkan dengan sembuh dari sakit dan sebagainya. Karena hukum mengeluarkannya wajib, maka tidak boleh ikut menikmatinya, seperti seseorang yang mengeluarkan zakat. Apabila nadzar yang dilakukan adalah Muthlaq, seperti ia mengatakan : Aku harus qurban dengan kambing ini, atau kambing ini akan saya sembelih sebagai qurban, maka bagi yang melakukannya boleh ikut memakan dagingnya, sebagaimana seseorang yang melakukan qurban sunah, maka ia boleh ikut memakan dagingnya. ( Asnal Matholib fi Syarhi Roudlatut Tholib Juz : I halaman : 545 ).

وقال السيد عمر: ما نصه ينبغي أن محله أي التعيين بقوله هذه أضحية ما لم يقصد الاخبار بأن هذه الشاة التي أريد التضحية بها فإن قصده فلا تعيين وقد وقع الجواب كذلك في نازلة رفعت لهذا الحقير وهي أن شخصا اشترى شاة للتضحية فلقيه شخص فقال ما هذه ؟ فقال أضحيتي اه. حواشي الشرواني والعبادي - (ج 9 / ص 356)

Dan Sayid ‘Umar telah mengatakan : dimana nashnya (pernyataannya) sebaiknya adalah tempatnya yaitu ta’yin dengan ucapan “Ini untuk qurban” selagi tidak bermaksud mengkhabarkan, dengan sesungguhnya kambing ini yang  aku kehendaki untuk qurban, maka jika yang dimaksudkan mengkhabarkan maka tidak ta’yin dan sungguh yang terjadi jawaban demikian itu hilanglah cela ini. Dan dia itu adalah, apabila seseorang membeli kambing untuk qurban, lalu ketemu seseorang, kemudian orang itu bertanya : Untuk apa kambing ini ? lalu ia jawab : Untuk qurbanku. ( Hawasyi As-Syarwani wal ‘Ibadiy : Juz : IX halaman : 356 ).

Jadi umpama orang mengatakan kambingku ini akan aku jadikan qurban, apabila orang itu tidak ada niyat nadzar dan hanya niyat mengkhabarkan saja, maka orang itu harus berqurban dengan kambing itu, dan boleh dia menikmati daging qurbannya. Begitu pula seumpama orang beli kambing, dia ditanya orang lain : “Untuk apa beli kambing ?”, dia jawab : “Untuk qurban”. Jika jawaban itu tidak ada niyat nadzar, maka tidak terjadi nadzar, dan boleh dia menikmati daging qurbannya. 

Bagikan ke :

Facebook Google+ Twitter Digg Technorati Reddit

3 komentar: