Metodologi Penelitian (Epistimologi Kualitatif Dan Kuantitatif)

Methodologi penelitian merupakan ilmu yang mempelajari tentang metoda-metoda penelitian. Dilingkungan filsafat, logika dikenal sebagai ilmu tentang alat untuk mencapai kebenaran. Bila ditata dalam sistematika tertentu, methodology penelitian merupakan bagian dari logika.[1] Tujuan dari metodologi penelitian itu sendiri adalah untuk mengetahui gambaran mengenai keadaan (description of exiting reality) hubungan antara satu hal dengan yang lain, khususnya hubungan sebab akibat (causality). Penilaian mengenai hubungan antara bneberapa hal (relations of variable) akan menghasilkan kesimpulan umum (generalization) atau kecenderungan umum (general tendency). Apabila mendekati kepastian akan menimbulkan penetapan suatu hukum.[2] Pada umumnya metodologi pengetahuan mengandung unsure-unsur yang berhubungan secara berkesinambungan, yang membentuk sustu sistematika ilmu, sehingga menyebabkan ilmu pengetahuan bisa diterima keberadaannya. Ada tiga masalah yang membedakan satu pengetahuan dengan yang lainnya seperti perbedaan antara pengetahuan ilmiah dan pengetahuan agama, yaitu ontology, epistimologi dan aksiologi.[3]

Epistimologi adalah cabang filsafat yang menbahas secara mendalam segenap proses untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Epistimologi menyelidiki asal mula, susunan, metode-metode dan sahnya pengetahuan. Pertanyaan yang mendasar dari epistimologi ialah: apakah pengetahuan itu, apakah yang merupakan asal mula pengetahuan, bagaimana cara membedakan antara pengetahuan dan pendapat, apakah yang merupakan bentuk pengetahuan, corak-corak pengetahuan apakah yang ada, bagaimana cara kita memperoleh pengetahuan, apakah kebenaran dan kesesatan itu dan apakah kesalahan itu.[4]

Pembahasan metode penelitian lebih pada aspek epistimologi, yaitu cara memperoleh ilmu pengetahuan dengan metode ilmiah. Cara menyusun tubuh pengetahuan ini menurut Jujun,[5] didasarkan pada:
  1. Kerangka pemikiran yang bersifat logis dengan argumentasi yang bersifat konsisten dengan pengetahuan sebelumnya yang telah berhasil disusun.
  2. Menjabarkan hipotesis yang merupakan deduksi dari kerangka pemikiran tersebut.
  3. Melakukan verifikasi terhadap hipotesis untuk menguji kebenaran dan menyatakan secara factual.
Epistimologi ilmu pengetahuan terdiri dari tiga bagian, yaitu: Observasi, deduksi dan induksi. Observasi merupakan upaya untuk melihat, mengamati dan mengevaluasi kenyataan yang ada, kemudian menetapkan asumsi, klasifikasi, abstraksi, hakikat, tipe, ideal dengan menunjukkan generalisasi. Observasi diperlukan sebagai bukti akan keberadaan suatu fenomena yang berhubungan erat dengan dengan aktivitas manusia. Sementara itu deduksi membicarakan cara-cara untuk mencapai kesimpulan-kesimpulan bila lebih dahulu telah diajukan pertanyaan-pertantaan mengenai semua atau sejumlah ini diantara suatu kelompok sesuatu. Kesimpulan yang sah pada suatu penalaran deduktif selalu merupakan akibat yang bersifat keharusan dari pernyataan-pernyataan yang lebih dahulu diajukan. Sedangkan induksi membicarakan tentang penarikan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan kusus. Kesimpulan hanya bersifat probabilitas berdasarkan atas pernyataan-pernyataan yang telah diajukan.[6] 



[1] Noeng Muhajir, Metodologi Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1998), 4.
[2] Dawam Raharjo, Islam dan Transformasi Sosial-Ekonomi (Jakarta: Lembaga Studi Agama dan Filsafat, 1999), 14.
[3] Jujun Suriasumantri, Filsafat Ilmu, sebuah pengantar popular (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2000), 105.
[4] Louis O. Kattsoff, Pengantar Filsafat (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1986), 76.
[5] Ibid., 6.
[6] Goenawan Muhammad, Methodologi Ilmu Ekonomi Islam, suatu pengantar (Yogyakarta: UII Press, 1999), 24-26.

Bagikan ke :

Facebook Google+ Twitter Digg Technorati Reddit

0 komentar:

Posting Komentar