Mengenal Autistik

Autistik merupakan gangguan perkembangan yang secara signifikan mempengaruhi komunikasi, interaksi sosial, bahasa, pikiran dan prilaku. Autistik dilihat dari kemunculannya dibagi menjadi dua, yaitu autistik klasik dan autistik regresi.
Autistik Klasik, autistik yang kemunculannya dapat terjadi dari sejak lahir. Sedangkan Autistik regresi, yaitu autistik kemunculannya sesudah lahir hingga usia 1 – 2 tahun menunjukkan perkembangan yang normal, tetapi pada masa selanjutnya menunjukkan perkembangan yang menurun atau mundur.

Brikut beberapa ciri-ciri anak yang bisa dikategorikan sebagai anak autis,
Prilaku, anak autis biasanya cuek terhadap lingkungan, prilaku tidak terarah: mondar-mandir, lari-lari, manjat-manjat, berputar-putar, lompat-lompat, dan lain sebagainya. Kelekatan terhadap benda tertentu, prilaku tak terarah, terpukau terhadap benda yang berputar atau benda yang bergerak.
Interaksi sosial, anak autis biasanya tidak mau menatap mata seseorang yang mengajak bicara, dipanggil tidak menoleh (tidak merespon), tidak mau bermain dengan teman sebayanya, asyik bermain dengan dirinya sendiri, tidak empati terhadap lingkungan sosial.
Komunikasi dan bahasa, anak autis biasanya terlambat dalam berbicara, tidak ada usaha untuk berkomunikasi secara non verbal dengan bahasa tubuh, meracau (ndeleming=jawa) dengan bahasa yang tidak dapat dipahami, tidak memahami pembicaraan orang lain.
Ciri-ciri dari anak autis yang menyaertianya seperti gangguan emosional, seperti tertawa sendiri, menangis tanpa ada sebab yang jelas, rasa takut yang berlebihan dan lain sebagainya. Selain itu juga dalam koordinasi motorik dan persepsi sensoris, misalnya: merasa kesulitan daalam menangkap dan melempar bola, melompat, menutup telinga bila mendengar suara tertentu (klakson mobil, suara tangisan bayi, sirine), tidak memahami bahaya, tidak dapat merasakan sakit, dan lain sebagainya.
Faktor-faktor yang menyebabkan anak menjadi autis sendiri belum ditemukan secara pasti, akan tetapi kenyataan dalam lapangan membuktikan adanya keragaman tingkat penyebabnya, diantaranya adalah infeksi pada masa hamil (rubella), gangguan pencernaan hingga keracunan logam berat, faktor genetik, metabolik dan gangguan syaraf pusat. Selain itu juga bisa karena struktur otak yang tidak normal seperti hydrocepalus.
Sebenarnya ciri-ciri anak yang mengidap autis dapat dikenali sejak dini. Ketika anak berusia 3 tahun menunjukkan perbuatan anak yang selalu main sendiri dan hubungan antara orang tua dengan anak yang kurang berkualitas. Hal ini bukan merupakan penyebab utama anak terkena autis, akan tetapi hal ini diduga sebagai faktor yang melengkapi dan memperkuat semakin kokohnya prilaku autistik.
Gaya pengasuhan orang tua terhadap anak autis biasanya orang tua mendidik degan sangat permissive dan kecenderungan orang tua membatasi (otoriter). Pengasuhan yang permissive mengikuti anak untuk membuat pilihannya (berbuat sesukanya) sendiri dengan harapan anak akan memperoleh hasil belajar dari tindakannya sendiri. Hal ini penting untuk mengembangkan rasa ide, kreatifitas dan kebasan berfikir anak. Pengasuhan yang bersifat otoriter, yakni dimana orang tua cenderung memberikan pembatasan yang tegas bagi perilakua anak. Orang tua yang otoriter menyusun bentuk dengan membatasi prilaku. Mereka mempertimbangkan dengan tepat dan tidak merasa hal tersebut penting bagi anak untuk memahami mengapa orang tua membuat pembatasan tersebut. Biasanya orang yang memilih pengasuhan otoriter, orang tua cenderung menata semua prilaku anak. Mulai bangun tidur sampi tidur lagi.
Jika orang tua memahami prilaku anak secara tidak tepat sebagaimana gaya pengasuhan orang tua, hal ini kedepannya akan mengurangi kesempatan anak untuk berkembang menjadi lebih baik.

Bagikan ke :

Facebook Google+ Twitter Digg Technorati Reddit

0 komentar:

Posting Komentar