(وقوله: جذع ضأن) أي جذع من الضأن، وذلك لخبر أحمد: ضحوا بالجذع من الضأن، فإنه جائز وكلامه صادق بالذكر والانثى والخنثى فيجزئ كل منها لكن الافضل الذكر. وقوله: له سنة أي تم لذلك الجذع سنة، فهي تحديدية. (قوله: أو سقط سنه) أي أو لم يتم له سنة، لكن سقط سنه. والمراد مقدم أسنانه. حاشية إعانة الطالبين - (ج 2 / ص 376)
(Dan ucapan mushanif : kibas umur 4 thun masuk 5 tahun) artinya adalah kibas yang berumur 4 tahun masuk 5 tahun, demikian menurut hadits Imam Ahmad : Berqurbanlah kalian dengan kibas umur 4 tahun masuk 5 tahun”, demikian itu diperbolehkan. Dan ucapannya : Dibenarkan qurban dengan hewan jantan, betina dan banci, maka diperbolehkan semua itu, tetapi utamanya hewan jantan. Dan ucapan (pengarang kitab), baginya (qurban itu) cukup umur, artinya telah sempurna kibas itu akan umur, maka itu sebagai batasan. (Ucapan : atau sudah copot giginya / powel-Jw.) artinya atau belum sempurna umurnya, tetapi sudah copot giginya. Dan dikendaki adalah gigi serinya (depannya). (Hasyiyah I’anatut Thalibin Juz 2 halaman 376).
قَوْلُهُ : ( أَيْ سَقَطَتْ أَسْنَانُهُ ) هَلْ وَلَوْ وَاحِدَةً وَقِيَاسُ الِاكْتِفَاءِ بِقَطْرَةٍ فِي الْبُلُوغِ بِالِاحْتِلَامِ الِاكْتِفَاءُ بِسُقُوطِ السِّنِّ الْوَاحِدَةِ. ا هـ .(حاشية البجيرمي على الخطيب - ج 13 / ص 217)
Katanya kupak {powel-Jw.} : (artinya sudah copot gigi-giginya), apakah mema-dai walaupun satu kupaknya ?. Dan meng-qiyaskan memadai dengan satu tetes air mani pada tanda baligh dengan mimpi jima’, adalah memadai dengan gugurnya gigi yang satu. Selesai.
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ رَضِىَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- :« لاَ تَذْبَحُوا إِلاَّ مُسِنَّةً إِلاَّ أَنْ يَعْسُرَ عَلَيْكُمْ فَتَذْبَحُوا جَذَعَةً مِنَ الضَّأْنِ ». رَوَاهُ مُسْلِمٌ فِى الصَّحِيحِ
Dari Jabir bin ‘Abdillah ra. ia berkata : Rasulullah Saw, telah bersabda : “Jangan kamu sembelih selain yang musinnah (hewan umur 2 tahun masuk ke 3 tahun), kecuali jika sulit bagi kamu mendapatkannya, maka boleh kamu menyembelih yang jadza’ah ( hewan berumur 4 tahun masuk ke 5 tahun) dari kambing”. HR. Muslim.
عَنِ اَلْبَرَاءِ بنِ عَازِبٍ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: قَامَ فِينَا رَسُولُ اَللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - فَقَالَ: - "أَرْبَعٌ لَا تَجُوزُ فِي اَلضَّحَايَا: اَلْعَوْرَاءُ اَلْبَيِّنُ عَوَرُهَا, وَالْمَرِيضَةُ اَلْبَيِّنُ مَرَضُهَا, وَالْعَرْجَاءُ اَلْبَيِّنُ ظَلْعُهَا وَالْكَسِيرَةُ اَلَّتِي لَا تُنْقِي" - رَوَاهُ اَلْخَمْسَةُ. وَصَحَّحَهُ اَلتِّرْمِذِيُّ, وَابْنُ حِبَّانَ.
Dari Bara’ bin ‘Azib ra. beliau berkata : Rasulullah Saw, berdiri ditengah-tengah kami lalu bersabda : “Empat macam hewan yang tidak boleh untuk berkorban : Yang juling (pece-Jw.) yang nyata-nyata julingnya, yang sakit yang nyata-nyata sakitnya, yang pincaang yang nyata-nyata pincangnya dan yang banyak umurnya yang tidak mempunyai sum-sum / lemak (kurus)”.HR. Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa’i, Ibnu Majah dan dishahihkan oleh Tirmidzi dan Ibnu Hibban.
Menurut hadits ini dapat diambil pengertian sebagaimana yang diterangkan di dalam kitab “Al-Bahru” ; dimaafkan apabila mata yang cacat itu hanya sepertiga saja dan yang kurang dari itu. Begitu pula yang pincang sedikit yang tidak sampai mengganggu jalannya dan mengakibatkan tidak ada nafsu makan karena pincangnya itu sehingga menjadi kurus. Selain empat cacat tersebut diatas asal tidak lebih berat cacatnya, maka hal itu dima’afkan, dan syah sebagai qurban.
Hewan yang terpotong ekornya yang tebal dan ujung ekornya, maka sungguh sah dijadikan hewan qurban, dengan dasar dalil haditsnya Nabi Saw :
عَنْ أَبِي سَعِيْدٍ قَالَ اِشْتَـرَيْتُ كَبْشًا ِلأُضَحِيَّ بِهِ فَعَدَّا الذِّئْبُ فَأَخَذَ مِنْهُ اْلأَلِيَةَ فَسَأَلْتُ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم فَقاَلَ ضَحِ بِهِ. رواه أحمد وابن ماجه والبيهقي.
Dari Abu Sa’id ia berkata : Saya membeli seekor kibasy untuk saya qorbankan, lalu seekor serigala berlari-lari mendekatinya kamudian memakan ekor tebalnya kibasy itu. Aku tanyakan pada Nabi Saw, tentang hal ini. Maka jawab Nabi Saw, : Berqorbanlah dengan kibasy itu. HR. Ahmad, Ibnu Majah dan Al-Baihaqiy.
عَنْ عُتْبَةَ بْنَ عَبْدٍ السُّلَمِىَّ قَالَ نَهَى رَسُولُ اللَّهِ عَنِ الْمُصْفَرَّةِ وَالْمُسْتَأْصَلَةِ وَالْبَخْقَاءِ وَالْمُشَيَّعَةِ وَالْكَسْرَاءِ فَالْمُصْفَرَّةُ الَّتِى تُسْتَأْصَلُ أُذُنُهَا حَتَّى يَبْدُوَ سِمَاخُهَا وَالْمُسْتَأْصَلَةُ الَّتِى اسْتُؤْصِلَ قَرْنُهَا مِنْ أَصْلِهِ وَالْبَخْقَاءُ الَّتِى تَبْخَقُ عَيْنُهَا وَالْمُشَيَّعَةُ الَّتِى لاَ تَتْبَعُ الْغَنَمَ عَجْفًا وَضَعْفًا وَالْكَسْرَاءُ الْكَسِيرَةُ. رواه ابو داود والحاكم
Dari ‘Utbah bin ‘Abdis Sulamiy berkata : Rasulullah Saw, telah melarang qurban dari hewan Mushfirah, Musta’shilah, Bahqa’, Musyaya’ah dan Kasra’. Adapun Mushfirah adalah yang putus telinga hingga pangkal, Musta’shilah yaitu yang patah tanduknya hingga pangkal, Bahqa’ yaitu yang sakit matanya, Musyaya’ah yaitu yang tidak dapat mengikuti kawannya karena kurus dan lemahnya, Kasra’ yaitu yang patah kakinya. HR. Abu Dawud dan Al-Hakim.
mksh atas ilmunya
BalasHapussama-sama... trimakasih sudah meluangkan waktu untuk berkunjung...
Hapus
BalasHapusalhamdulillah terimakasih informasi mengenai kurban