Kyai Mohammad Besari


My-Dock Sejarah Ponorogo - Pada Tahun 1700 M, K. Mohammad Besari mulai menginjakkan kakinya di bumi Ponorogo dengan disertai adik kandungnya yang bernama Noer Shodiq, untuk mondok di sebuah pesantren terkenal diwaktu itu di Desa Setono Kec. Jetis Kab. Ponorogo. Pondok pesantren ini di asuh oleh seorang Ulama’ yang sangat ’alim lagi berbudi luhur dan bijaksana, asih terhadap sesama, suka memberi pertolongan kepada siapa saja yang menderita dalam kesengsaraan. Beliau adalah K. Donopuro bin Pb. Ratmo jo bin P. Kabu bin P. Sumende bin Sunan Tembayat.

Pondok pesantren asuhan K. Donopuro ini sangat banyak santri-santrinya, ketika Mohammad Besari mondok di pesantren ini sudah tampak kelebihan-kelebihan yang dimiliki, baik penguasaan kitab maupun ilmu-ilmu lainnya. Ketika kurang lebih selama 3 atau 4 tahun lamanya menjadi santri Setono, Mohammad Besari bersama adiknya Noer Sodiq berjalan-jalan menjelajah kota Ponorogo, sesampainya di Desa Mantub keduanya merasa kehausan. Karena hausnya itu lah keduanya minta degan (kambil muda) untuk diambil airnya untuk diminum kepada pemilik pohon kelapa itu, kebetulan pemilik pohon kelapa itu adalah juga seorang Kyai yang bernama Noer Salim yang kebetulan beliau ini adik ipar dari K. Donopuro pengasuh pesantren Setono dimana Mohammad Besari bersama adiknya nyantri.

Kyai Noer Salim, memperkenankan Mohammad Besari untuk mengambil dan memetik sendiri buah kelapa muda yang dimaksud, ketika ada perkenan dari pemiiknya Mohammad Besari hanya melambaikan tangannya kearah buah kelapa yang ada dipuncak pohonnya itu dan jatuh sendirilah satu janjang buah kelapa muda.

Mengetahui kejadian yang demikian ini Kyai Nor Salim kemudian mengingatkan kepada Mohammad Besari, dan memberikan contoh bagaimana cara memetik buah kelapa yang baik, agar tidak semua buah yang tidak diinginkan ikut jatuh. Kyai Noer Salim mendekati pohon kelapa lalu pohon itu di lengkungkan sampai melengkung ke tanah puncaknya, kemudian Mohammad Besari dipersilahkan mengambil yang mana yang ia sukai.

Tidak lama kemudian K. Noer Salim, menanyakan tentang jati diri Mohammad Besari, dari mana asalnya dan untuk apa menjelajahi Ponorogo. Setelah semuanya dijelaskan oleh Mohammad Besari, hati K. Noer Salim tertarik untuk mengambilnya menjadi menantu. Hal ini ke mudian dibicarakan seperlunya dan Mohammad Besari juga tidak keberatan dan sudah menyetujui apa yang menjadi keinginan K. Noer Salim, maka terjadilah pernikahan antara Mohammad Besari dengan putri sulung K. Noer Salim yang kemudian diboyong ke Setono.

Kurang lebih satu tahun lamanya Moham mad Besari bersama istri suwita di tempat K. Donopuro, keduanya lalu di persilahkan untuk membuka tanah Tegal milik K. Donopuro di sebelah timur Pesantren Setono di seberang sungai, yang kemudian hari tanah Tegal yang di buka dan dijadikan tempat tinggal Mohammad Besari bersama istri ini oleh K. Donopuro diberi nama Tegalsari.

Di kemudian hari, Tegalsari tidak hanya menjadi tempat tinggal Mohammad Besari bersama istri namun lama kelamaan K. Donopuro juga mempersilahkan untuk membuka ngaji dan menerima santri. Bertambah hari santri  Mohammad Besari bertambah banyak akhirnya Tegalsari menjadi pesantren yang besar. Setelah K. Donopura wafat kejayaan pesantren Setono berpindah ke pesantren Tegalsari yang di asuh oleh K. Mohammad Besari, kejayaannya sampai zaman sekarang ini, hampir-hampir pondok-pondok pesantren dan masjid-masjid tua yang ada di Ponorogo ini yang cikal bakal dan yang mendirikan kebanyakan masih ada keturunan dari Tegalsari atau Setono Jetis. 

Asal Usul K. Mohammad Besari
a. Prabu Brawijaya V berputra
b. R. Fatah – Demak berputra
c. R. Trenggono – Demak berputra
d. Prabu Prawoto – Demak berputra
e. Prabu Wirasmoro – Setono Gedong Kediri ber- putra
f. P. Demang ( R. Jalu ) – Kediri berputra
g. R. Demang Irawan – Badal Ngadiluwih Kediri berputra
h. K. Abdul Mursad – Grogol Tukum Kediri ber- putra
i. K. Anom Besari – Kuncen Caruban Madiun berputra :
1. K. Chatib Anom – Srigading Klambret Tulungagung
2. K. Mohammad Besari – Tegalsari Jetis Ponorogo
3. K. Noer Sodiq – Tegalsari Jetis Ponorogo

K. Mohammad Besari berputra 9 berputra ;
1) K. Ishak – Coper Mlarak Ponorogo
2) Ny. Abdurrahman
3) K. Ya’kub
4) K. Isma’il
5) K. Bukhari
6) K. Chalifah
7) K. Ilyas
8) Ny. Mohammad bin Umar – Banjarsari Madiun
9) K. Zainal Abidin – Raja Selangor Malaysia

K. Mohammad Besari Meninggal dunia tahun 1747 M di makamkan di belakang Masjid Tegalsari.

Bagikan ke :

Facebook Google+ Twitter Digg Technorati Reddit

1 komentar:

  1. Assalaamu 'alaikum.

    Saudaraku, Admin web ini, perkenalkan, nama saya Eko Marwanto bin Sardiwan bin Samini binti Nawiarsa Djakawitana, yang tinggal di Setu. Menurut silsilan keluarga besar kami di Desa Karang Turi, saya masjh keturunan Nada/Naja Besari dari jalur nenek saya, Samini di Purbalingga, Jateng.
    Oleh karena itu jika Admin dan para pembaca web ini mengetahui dan masih keturunan Nada Besari, seorang kyai besar yang masih keturunan cucu Nabi Muhammad S'AW, Sayyidina Husayn, maka mohon untuk memberikan info mengenai riwayat dan sejarah dari Kyai Nada Besari atau Naja Besari atau Nadja Besari kepada kami di WA 0812 8979 6907 atau e-mail kami marwanto.marwanto76@gmail.com

    BalasHapus