Kyai Imampuro

My-Dock Sejarah Ponorogo - Semula Desa Sukosari banyak tempat un-tuk peribadatan orang-orang hindu buda pada ma sa kekuasaan kerajaan Wengker dibawah pengua sa Suryo Ngalam atau Ki Ageng Kutu, sebab disi ni banyak peninggalan arca-arca siwa yang diya-kini oleh orang hindu sebagai arca dewa sebagai sesembahannya. 

Pada saat jatuhnya Wengker ke tangan Ba-toro Katong pengembangan dakwah Islam mulai masuk ke daerah-daerah pedalaman seperti di wi layah hutan sukosari ini. Akan tetapi daerah ini mulai dimasuki agama Islam yang dibawa oleh seorang Ulama dari Demangan Siman yang ber-nama Imampuro. 

Imampuro adalah putra dari R. Jamkasari putra P. Abuyamin putra Raja Banten Jawa Barat, yang datang ke Ponorogo untuk misi dakwah Is-lam juga.

Di Ponorogo P. Abuyamin diambil menan-tu oleh K. Cholifah putra ke VI (lihat hal. 39) da ri K. Mohammad Besari Tegalsari, dengan demi kian berarti P. Abuyamin adalah cucu menantu dari K. Mohammad Besari Tegalsari, yang selan-jutnya menurun K. Imampuro sebagai buyut dari K. Mohammad Besari.

Untuk mengawali babad di Sukosari ini K. Imampuro mengambil tempat yang dekat dengan kali bengawan yang kebetulan di lingkungan ini banyak bekas tempat peribadatan orang hindu ka rena di tempat ini banyak arca-arca dewa siwa se bagai sesembahannya. Dan di tempat ini tampak angker dan wingit yang dipercayai sebagai da- nyangan tempatnya bangsa lelembut, jin, syetan dan genderuwo. 

Namun demikian, sekalipun tempat ini ter-kenal angker dan menakutkan, bagi K. Imampuro justru tidak dianggap gawat, malah disini didiri-kan bangunan Masjid sebagai tempat ibadah bagi umat Islam pengikut K. Imampuro.

Pejuangan dakwah K. Imampuro juga men dapatkan tantangan, diantaranya dari seorang gu-ru atau resi yang bernama Mbah Guno, seorang penganut ajaran peninggalan Ki Ageng Suryo Ngalam, yang beragama hindu atau kepercayaan kejawen. Mbah Guno adalah guru yang sangat sakti, murid-murid di perguruannya diajari ilmu-ilmu kanuragan, seperti tidak mempan di tusuk pi sau, atau dibacok, bisa menghilang dari panda-ngan mata, dan sebagainya.

Pada suatu hari, K. Imampuro hendak ber-silaturrahim ke Padepokan Mbah Guno yang letaknya tidak jauh dati tempatnya agak ke timur untuk diajak agar dapat menerima dakwahnya yaitu mau masuk Islam, tetapi rupanya niatan baik ini tidak mendapatkan sambutan sebagaima na yang diharapkan oleh K. Imampuro, justru murid-murid Mbah Guno menampakkan watak adigang adigungnya, sombong dan kasar pamer kesaktian. Di saat seperti ini K. Imampuro tidak gentar, beliau perintahkan santrinya untuk menca ri anak angon kambing (gembala) yang ada di sekitar Padepokan Mbah Guno, setelah di dapat kan anak angon itu oleh K. Imampuro disuruh mbacok tangan pimpinan murid dari Mbah Guno. Setelah tangannya berdarah karena bacokan arit nya anak angon tadi, K. Imampuro perintahkan lagi supaya anak itu membacok kaki pimpinan murid Mbah Guno, seketika pimpinan itu roboh, dan lalu minta maaf kepada K. Imampuro, kare na rasa belas kasihan, K. Imampuro memasukkan ibu jari tanganya ke mulut beliau, kemudian di keluarkan lagi dan ditempelkan ke kaki murid Mbah Guno yang luka itu, seketika itu juga luka nya sembut tidak berdarah lagi, dan saat itu pula Mbah Guno menghilang tidak diketahui kemana perginya. Karena gurunya sudah tidak dapat diketemukan, maka para murid Mbah Guno sama taubat dan masuk Islam.

Di Sukosari tempo dulu ada semacam der maga tempat singgahnya perahu-perahu yang me ngangkut barang-barang dari pedalaman menuju perkotaan hingga Surabaya. Dermaga itu berada di dukuh Tular sekarang, dan dahulu kala disini juga dibangun sebuah gudang penyimpanan ba-rang-barang yang akan diangkut ke Surabaya. Termasuk pula pengiriman kayu jati bantuan Bu-pati Polorejo untuk pembangunan masjid Taman Madiun, juga melalui perairan bengawan Tular ini.

Nama Tular diambil dari nama seorang pu tra Adipati Surodiningrat (Sedo Demung) bupati Ponorogo yang bernama Raden Tunglar yang ma sih seayah dengan R. Brotonegora bupati Polore-jo atau kabupaten kuto Lor. Dan tugas dari Raden Tunglar saat itu adalah sebagai penjaga gu dang tersebut, jika pembaca ingin melihat bekas gudang ini dapat datang ke Dukuh Tular Sukosa ri, namun disana tinggal tonggak-tonggak tiang pancang gudang saja, dan tidak berujud gudang.

Bagikan ke :

Facebook Google+ Twitter Digg Technorati Reddit

5 komentar:

  1. nice artikel gan . ditunggu artikel selanjutnya yah :)

    BalasHapus
  2. Yg bener kiyai imam puro anaknya tubagus abu yamin apa R.Jamkasari.
    Setau saya kiyai imam puro anaknya tubagus abu yamin.

    BalasHapus
    Balasan
    1. R.M. imam puro I putra pertama dr Tubagus Abuyamin, punya dua anak.,
      R. imam puro II dan Rngt imam besari ,

      R. Imam puro II menikah dengan anak perempuan nomor 3 R.M jamkhasari putra ketuju dr kyai ageng abuyamin .. setahu sy seperti itu,

      trimakasih 🙏🙏

      Hapus