Pengertian Talqin

Pengertian Talqin - Talqin artinya dalam kitab Mu’jam Lughatil Fuqaha’ juz 1 halaman 145 adalah : Memahamkan dengan ucapan ( instructing ). Talqin dalam kitab kamus al-Marbawi halaman 225 adalah : Mengajar dan memberi ingat.
Maksud / Tujuan Talqin :
وَالْمَقْصُودُ مِنْ التَّلْقِينِ تَذْكِيرُهُمْ بِمَا يُجِيبُونَ بِهِ السَّائِلَ لَهُمْ.

Tujuan daripada Talqin adalah mengingatkan mereka akan jawaban pertanyaan yang di ajukan penanya pada mereka.(1)

Jadi dapat difahami bahwa, Talqin itu tidak lain adalah mengingatkan orang akan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh sipenanya. Jika yang ditanya itu adalah orang yang sudah mati di dalam kubur, tentu yang menanyainya adalah Malaikat, yaitu Munkar dan Nakir.

Orang yang pertama-tama mengerjakan Talqin adalah Nabi Saw ketika meninggalnya Ibrahim putra dari Nabi Saw, sebagaimana yang diterangkan di dalam Kitab Hasyiyah Al-Bujairamiy ‘ala Al-Khathib Juz 6 halaman 159 sebagai berikut ini :

وَاْلأَصْلُ فِي التَّلْقِينِ مَا رُوِيَ أَنَّ {النَّبِيَّ   لَمَّادَفَنَ إبْرَاهِيمَ قَالَ : قُلْ اللَّهُ رَبِّي وَرَسُولُ اللَّهِ أَبِي وَ اْلإِسْلاَمُ دِينِي فَقِيلَ لَهُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَنْتَ تُلَقِّنُهُ فَمَنْ يُلَقِّنُنَا ؟ فَأَنْزَلَ اللَّهُ تَعَالَى:{يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوابِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِالدُّنْيَا وَفِي اْلآَخِرَةِ}

Dasar daripada Talqin itu adalah hadits yang diriwayatkan : Bahwa Nabi Saw, ketika telah dikuburkan. Kata beliau : Katakanlah Allah itu Tuhanku, dan Rasulullah itu adalah bapakku, dan Islam itu  adalah agamaku. Lalu ditanyakan pada beliau : Wahai Rasulullah, engkau mentalqinkan- nya (mengajarinya), lalu siapa yang akan mengajari kami ?. Kemudian Alloh menurunkan ayat :

يثبّت الله الّذين ءامنوا بلقول الثّبت فى الحيوة الدّنيا وفى الأخرة
 
Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh (2)  itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. QS. Ibrahim : 27.

عَنْ أَبِي قَتاَدَةَ اْلأَنْصَارِي، فِي قَوْلِهِ : (يُثَبِّتُ اللهُ الَّذِيْنَ آَمَنُوْا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَياَةِ الدُّنْياَ وَفِي اْلآَخِرَةِ) قَالَ : « إِنَّ الْمُؤْمِنَ إِذاَ مَاتَ أَجْلَسَ عَلَى قَبْرِهِ، فَيُقَالُ لَهُ: مَنْ رَبُّكَ ؟ فَيَقُوْلُ : اَللهُ رَبِّي . فَيُقَالُ لَهُ : مَنْ نَبِيُّكَ ؟ فَيَقُوْلُ: مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللهِ. فَيُرَدِّدُهُ عَلَيْهِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ». رواه الطبراني

Dari Abi Qatadah Al-Anshariy, mengatakan tentang firman Alloh :

يثبّت الله الّذين ءامنوا بلقول الثّبت فى الحيوة الدّنيا وفى الأخرة 

Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan Ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. QS. Ibrahim : 27. Ia berkata : Bahwa orang mukmin itu jika telah mati ia di dudukkan di dalam kuburnya, lalu ia ditanya : Siapa Tuhanmu ?, ia menjawab : Alloh itu Tuhanku, lalu ditanya lagi : Siapa Nabimu ?, ia menjawab : Nabiku Muhammad bin Abdullah. Kemudian diulanginya pertanyaan itu tiga kali. HR. At Thabraniy. (3)

Dari dua hadits diatas dapat di ambil pengertian bahwa, talqin itu berlaku pula untuk orang yang sudah mati dan dilakukan disaat mayit selesai dikuburkan, baik itu bagi mayit yang sudah tua atau anak-anak balita sebagaimana yang di lakukan oleh Nabi Saw, terhadap putranya yang mati masih balita yang diberi nama Ibrahim.
Dan ketika mayit itu ditanya di dalam kubur dalam posisi duduk  sebagaimana yang di terangkan oleh Imam At-Thabraniy di dalam kitab Mu’jamul Ausath, dan Imam Abu Dawud dalam kitab Sunannya.
Mengingatkan orang yang sudah mati dan baru dikuburkan tentang beberapa hal yang penting baginya untuk menghadapi Malaikat Munkar dan Nakir yang akan datang menanyainya, adalah merupakan sunah Rasulullah Saw.

عَنْ سَعِيدِ بن عَبْدِ اللَّهِ الأَوْدِيِّ، قَالَ: شَهِدْتُ أَبَا أُمَامَةَ وَهُوَ فِي النَّزْعِ، فَقَالَ: إِذَا أَنَا مُتُّ، فَاصْنَعُوا بِي كَمَا أَمَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ نصْنَعَ بِمَوْتَانَا، أَمَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ:"إِذَا مَاتَ أَحَدٌ مِنْ إِخْوَانِكُمْ، فَسَوَّيْتُمِ التُّرَابَ عَلَى قَبْرِهِ، فَلْيَقُمْ أَحَدُكُمْ عَلَى رَأْسِ قَبْرِهِ، ثُمَّ لِيَقُلْ: يَافُلانَ بن فُلانَةَ، فَإِنَّهُ يَسْمَعُهُ وَلا يُجِيبُ ، ثُمَّ يَقُولُ: يَا فُلانَ بن فُلانَةَ، فَإِنَّهُ يَسْتَوِي قَاعِدًا، ثُمَّ يَقُولُ:يَافُلانَ بن فُلانَ فَإِنَّهُ يَقُولُ: أَرْشِدْنَا رَحِمَكَ اللَّهُ، وَلَكِنْ لاَ تَشْعُرُونَ، فَلْيَقُلْ: اذْكُرْ مَا خَرَجْتَ عَلَيْهِ مِنَ الدُّنْيَا شَهَادَةَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَ اللَّهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًاعَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، وَأَنَّكَ رَضِيتَ بِاللَّهِ رَبًّا، وَبِالإِسْلاَمِ دِينًا، وَبِمُحَمَّدٍ نَبِيًّا، وَبِالْقُرْآنِ إِمَامًا، فَإِنَّ مُنْكَرًا وَنَكِيرًا يَأْخُذُ وَاحِدٌ مِنْهُمْا بِيَدِ صَاحِبِهِ، وَيَقُولُ: انْطَلِقْ بنامَا نَقْعُدُ عِنْدَ مَنْ قَدْلُقِّنَ حُجَّتَهُ،فَيَكُونُ اللَّهُ حَجِيجَهُ دُونَهُمَا"، فَقَالَ رَجُلٌ : يَا رَسُولَ اللَّهِ،فَإِنْ لَمْ يَعْرِفْ أُمَّهُ؟ قَالَ: "فَيَنْسُبُهُ إِلَى حَوَّاءَ، يَا فُلاَنَ بن حَوَّاءَ". رواه الطبراني 

Dari Sa’id bin Abdillah al-Audiy, ia berkata : Aku menyaksikan Abu Umamah ketika ia dalam keadaan naza’ (menghadapi kematian), lalu dia berkata : Jikalau aku mati, maka uruslah aku sebagaimana yang diperintahkan Nabi dalam mengurus orang kita yang mati. Beliau bersabda : “Apabila telah mati seorang dari saudaramu, dan telah diratakan tanah diatas kuburnya, maka hendaklah  seseorang  diantaramu berdiri disetentang kepala mayit itu, lalu ucapkan : Hai Fulan (kata ganti nama orang) bin Fulanah, maka mayit itu sebenarnya mendengar, tetapi tidak kuasa menjawab. Lalu ucapkan lagi : Hai Fulan bin Fulanah !. Maka mayit itu duduk tegak. Lalu ucapkan lagi : Hai Fulan bin Fulanah. Maka mayit itu menjawab  berilah kami petunjuk, semoga Tuhan merahmatimu, tetapi kamu tidak mendengar ucapan mayit itu. Kemudian katakan lagi : Ingatlah hal ketika engkau keluar dari dunia yaitu pengakuan bahwa, tiada Tuhan selain Alloh, dan bahwa Nabi Muhammad itu hamba dan utusan Alloh, dan bahwa engkau telah ridla bahwa Alloh itu Tuhanmu, Islam agamamu, Muhammad nabimu, Qur’an Imammu. Ketika itu Malaikat Munkar dan Nakir saling memegang tangan kawannya dan berkata : Kembali sajalah kita, apa gunanya kita duduk dihadapan orang yang telah ditalqinkan jawabannya. Maka Alloh adalah menerima hujjahnya selain pada keduanya (Munkar dan Nakir). Lalu seorang lelaki bertanya : Wahai Rasulullah, jika (orang yang mentalqin) itu tidak tahu nama ibunya mayit, bagaimana ?. Jawab Nabi : Dibangsakannya pada ibu Hawa’, hai Fulan bin Hawa’ ( Jw. hai Joyo bin Hawa’). HR. At-Thabraniy. (4)

عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ قَالَ الْعَبْدُ إِذَا وُضِعَ فِي قَبْرِهِ وَتُوُلِّيَ وَذَهَبَ أَصْحَابُهُ حَتَّى إِنَّهُ لَيَسْمَعُ قَرْعَ نِعَالِهِمْ أَتَاهُ مَلَكَانِ فَأَقْعَدَاهُ فَيَقُولاَنِ لَهُ مَا كُنْتَ تَقُولُ فِي هَذَا الرَّجُلِ مُحَمَّدٍ  فَيَقُولُ أَشْهَدُ أَنَّهُ عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ فَيُقَالُ انْظُرْ إِلَى مَقْعَدِكَ مِنْ النَّارِ أَبْدَلَكَ اللَّهُ بِهِ مَقْعَدًا مِنْ الْجَنَّةِ قَالَ النَّبِيُّ  فَيَرَاهُمَا جَمِيعًا. رواه أحمد والبخاري ومسلم والنسائي والبيهقي والطبراني.

Dari Anas ra, dari Nabi Saw, bersabda : “Apabila seorang hamba telah diletakkan didalam kuburnya dan ia telah ditinggalkan, dan sahabat-sahabatnya telah pulang, sungguh ia mendengar derap sandal mereka, ketika itu datang padanya dua Malaikat, lalu keduanya memerintahkan supaya mayit itu duduk. Keduanya bertanya : Apa pendapatmu tentang Muhammad Saw ?, (jika orang mukmin) menjawab : Aku bersaksi bahwa, beliau hamba dan utusan Alloh. Maka dua Malaikat itu berkata : Lihatlah tempatmu yang semula dalam neraka, sudah ditukar dengan tempat di sorga. Keduanya memperlihatkan semuanya. HR. Ahmad, Bukhariy, Muslim, An-Nasa’iy, Al-Bai-haqiy,  dan At-Thabraniy. (5)

Dengan demikian tidak diragukan lagi bahwa, orang yang sudah mati itu didalam kuburnya dapat mendengar suaranya orang yang masih hidup, jika tidak, maka tidak mungkin Rasulullah Saw, melakukan Talqin dan memberikan informasi sebagaimana yang diberitakan oleh beberapa perowi hadits yang sangat terpercaya diatas.
------------------------------------------
  1. Nihayatul Muhtaj syarah Minhaj – Syaikhul Islam Ahmad Syihabuddin ar-Ramliy - Juz  : 8 halaman : 402. Maktabah Syamilah. CD. Com.
  2. Yang dimaksud ucapan yang teguh disini adalah kalimah thayyibah.
  3. Mu’jamul Ausath li At-Thabraniy, Juz 3 halaman 362 nomor 1.401. Maktabah Syamilah. CD. Com.
  4. Al-Mu’jamul Kabir li At-Thabraniy, Juz 7 halaman 287 nomor 7.906. Maktabah Syamilah. CD. Com.
  5. Musnad Ahmad, Juz 24 halaman 369 nomor 11.823 – Shahih al-Bukhariy, Juz 5 halaman 165 nomor 1.285 – Shahih Muslim, Juz 14 halaman 31 nomor 5.115 – Sunan an-Nasa’iy, Juz 7 halaman 182 nomor 2.023 – Sunan al-Kubra Li al-Baihaqiy, Juz 4 halaman 80 – Al-Mu’jamul Ausath, Juz 15 halaman 300 nomor 7224. Maktabah Syamilah. CD. Com.

Bagikan ke :

Facebook Google+ Twitter Digg Technorati Reddit

0 komentar:

Posting Komentar